Selasa 03 Nov 2020 17:37 WIB

Libur Panjang, PHRI: Okupansi Hotel di Cirebon Naik

Selama libur panjang dan cuti bersama okupansi hunian hotel tembus hingga 80 persen

Ketua umum HIPPI Sleman Atik Sri Purwantiiningsih  (jilbab putih) dengan para pengurus saat gladi bersih Pelantikan HiPPI Sleman di Hotel Cakrakusuma, Sleman , Selasa (27/10) sore.
Foto: dokpri
Ketua umum HIPPI Sleman Atik Sri Purwantiiningsih (jilbab putih) dengan para pengurus saat gladi bersih Pelantikan HiPPI Sleman di Hotel Cakrakusuma, Sleman , Selasa (27/10) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Cirebon, Jawa Barat, Imam Reza Hakiki mengatakan selama libur panjang akhir pekan okupansi hunian hotel mencapai 80 persen lebih dan ini menunjukkan tren yang positif saat pandemi.

"Selama libur panjang dan cuti bersama okupansi hunian hotel tembus hingga 80 persen lebih," kata Kiki sapaan akrabnya di Cirebon, Selasa (2/11).

Menurutnya, okupansi kamar hotel di Kota Cirebon meningkat sejak Rabu (28/10) hingga Ahad (1/11), di mana tertinggi terjadi pada tanggal 30 sampai 31 Oktober.

Pada tanggal tersebut, kata Kiki, okupansi hunian hotel di Kota Cirebon mencapai 84 persen dari 2.500 kamar hotel yang ada.

"Dari 20 hotel yang tergabung di PHRI terdapat 2.500 kamar dan dari jumlah tersebut ada sekitar 2.100 kamar yang terisi pada tanggal 30-31 Oktober," ujarnya.

Dia melanjutkan saat awal libur panjang tepatnya pada tanggal 28-29 Oktober tingkat okupansi di 20 hotel itu mencapai 68 persen atau 1.700 kamar yang terhuni.

Sementara pada tanggal 29-30 Oktober, kata Kiki, okupansi kamar hotel di Kota Cirebon mencapai 80 persen dari total ketersediaan kamar.

Menurut dia, rata-rata wisatawan menginap selama dua hari karena mereka berkunjung ke Kota Cirebon hanya ingin berwisata kuliner saja.

"Rata-rata hanya dua hari saja, karena mereka di sini ingin wisata kuliner. Meskipun ada juga yang sampai tiga hari, tapi sangat jarang," tuturnya.

Dia mengatakan dengan adanya peningkatan okupansi di masa pandemi ini menunjukkan adanya tren positif dan menjadi rezeki bagi para pengusaha hotel.

Sebab selama masa pandemi COVID-19 sektor perhotelan sangat terdampak. Apalagi, kata dia, ketika masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan.

Namun pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ada sedikit harapan, karena okupansi hotel juga mulai terus meningkat.

"Selama pandemi ini tingkat hunian hanya sekitar 30 sampai 50 persen. Momentum libur panjang ini merupakan rezeki bagi kami," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement