Jumat 31 Jul 2020 15:55 WIB

Kasus DBD di Tasikmalaya Bertambah, Anak Kembali Jadi Korban

Total kematian akibat DBD di Kota Tasikmalaya sejak awal 2020 telah tembus 20 kasus

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Keluarga menjemput pasien meninggal dunia akibat DBD di Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD dr Soekardjo, Jumat (31/7) dini hari.
Foto: Republika/Bayu Adji P.
Keluarga menjemput pasien meninggal dunia akibat DBD di Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD dr Soekardjo, Jumat (31/7) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kasus kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya kembali bertambah. Seorang anak berusia 11 tahun asal Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, dilaporkan meninggal dunia setelah dirawat beberapa hari akibat DBD di RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya pada Kamis (30/7) malam.

Kakek korban, Ahdiat Supendi (57 tahun) tak menyangka cucunya telah meninggal dunia. Namun ia mencoba tetap ikhlas menerima takdir yang telah digariskan itu. Ia menceritakan, pada Kamis (23/7) cucunya mulai menderita gejala suhu tubuh yang tinggi. Oleh orang tuanya, anak yang masih duduk di kelas VI SD itu dibawa berobat ke dokter.

"Saya waktu itu sedang di Bogor, ditelepon anak saya kalau si ade (cucunya) sakit panas. Anak saya membawanya ke dokter. Namun, oleh dokter disuruh menunggu dua hari, katanya trombositnya belum kelihatan turun," kata dia, Jumat (31/7) dini hari saat ditemui Republika di Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD dr Soekardjo.

Setelah berobat ke dokter, panas tubuh cucunya tak juga turun. Ia langsung menyuruh anaknya untuk memeriksakan kondisi cucunya ke rumah sakit. Sampai di RSUD dr Soekardjo, cucunya langsung disuruh rawat inap. Namun kondisi cucunya tak juga membaik. Bahkan, setelah dua malam menjalani rawat inap, cucunya mengalami muntah darah.

"Setelah dua malam dirawat muntah darah, lalu dipindah ke ruang PICU (pediatric intensive care unit). Kata dokter cucu saya menderita DBD. Di PICU dua hari, lalu meninggal," kata dia.

Atas meninggalnya cucunya, Ahdiat meminta pemerintah lebih massif lagi dalam menangani wabah DBD. Meski saat ini sedang masa pandemi Covid-19, menurut dia, bukan berarti potensi penyakit yang lain jadi terabaikan.

"Kasihan anak banyak jadi korban. Sekarang juga anak sedang pada libur sekolah. Jadi semua di rumah," kata dia.

Petugas Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD dr Soekardjo, Asep Rizki membenarkan korban meninggal itu akibat penyakit DBD. Menurut dia, berdasarkan laporan dari dokter, korban menderita DBD ketika dirawat.

"Meninggalnya jam 11 malam," kata dia.

Ia menambahkan, di RSUD dr Soekardjo masih terdapat beberapa pasien DBD yang menjalani perawatan. Berdasarkan pantauannya, di ruang PICU khusus anak, ada dua pasien DBD lagi yang masih dirawat.

Dengan penambahan itu, berdasarkan catatan Republika, total kematian akibat DBD di Kota Tasikmalaya sejak awal 2020 telah tembus 20 kasus. Sebanyak 14 kasus kematian di antaranya adalah anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement