Kamis 21 May 2020 12:35 WIB

BMKG Jelaskan Fenomena Banjir Rob Subang

BMKG mengatakan peringatan dini banjir rob Subang sebelumnya telah disampaikan.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Indira Rezkisari
Banjir rob/ilustrasi.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Banjir rob/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kabid Manajemen Observasi Meteorologi BMKG, Harry Tirto mengatakan, fenomena banjir ROB yang melanda Pamanukan dan sekitarnya, tidak berpotensi tsunami. Sebab, hal tersebut merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi dua kali dalam satu bulan.

“Bisa tiga hari sebelum atau sesudah bulan purnama dan bulan baru,” ujar dia ketika dikonfirmasi Republika, Kamis (21/5).

Baca Juga

Dia menambahkan, saat periode transisi atau pancaroba seperti saat ini, frekuensi hujan lebat dan angin kencang dengan durasi singkat lebih banyak mendominasi. Sehingga, cakupan tambahan pasokan massa udara basah dari Samudera Hindia sebelah barat (MJO), kata dia, menyebabkan adanya bibit badai.

“Hal itu berkontribusi memperkuat potensi pembentukan dan pertumbuhan awan hujan yang cukup signifikan,” tutur dia.

Dia menegaskan, jika dua kondisi itu terjadi secara bersamaan, maka besar kemungkinan akan terjadi genangan atau banjir di wilayah pesisir. Layaknya di pesisir pantai utara (Pantura) Subang.

“Untuk peringatan dini sudah diinfokan sebelumnya,” ungkap dia.

Sementara itu, Kabid Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin menambahkan, hujan yang cukup lebat pada dua hari terakhir ini, dipicu oleh belokan angin akibat adanya bibit siklon di Samudra Hindia.

“Itu di barat daya Lampung. Dan hujan lebatnya tidak hanya di wilayah Subang saja, di sekitar Lampung juga cukup lebat,” papar dia.

Dia menegaskan, BMKG melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) memperkirakan bahwa bibit siklon tropis “98S” berpotensi menjadi siklon tropis dalam enam hingga 12 jam ke depan. Dengan pergerakan ke arah Tenggara-Selatan menjauhi wilayah Indonesia.

“Masyarakat daerah Sumsel, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI dan Jabar diimbau waspada, karena diperkirakan daerah itu berpotensi terkena dampak hujan lebat,” tutur dia.

Berdasarkan pemaparan, potensi gelombang laut dengan ketinggian lebih dari 3 meter juga diperkirakan akan terjadi di wilayah perairan barat kepulauan Nias Barat hingga Barat Mentawai.

Miming menegaskan, pihaknya memprediksi, dalam 24 jam ke depan intensitas tersebut masih akan kuat, meski pergerakannya semakin menjauh dari Indonesia. Namun demikian, dia mengingatkan, dampak tidak langsung yang bisa ditimbulkan adalah belokan angin dan konvergensi di sekitar Jabar.

“Ini berarti siklon itu tidak akan berdampak langsung pada kondisi cuaca Indonesia. Meski, potensi hujan di wilayah barat Indonesia masih signifikan,” ungkap dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement