Rabu 01 Apr 2020 17:59 WIB

Aktivitas Panen di Indramayu tak Terpengaruh Corona

Produksi padi milik petani saat aktivitas panen saat ini termasuk tinggi

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Puncak panen padi di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah terjadi pada bulan Maret 2020 ini seluas 21.260 hektar (ha). Program Kementan mendorong Kabupaten Sragen harus senantiasa mewujudkan swasembada beras yang berkelanjutan.
Foto: Kementerian Pertanian
Puncak panen padi di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah terjadi pada bulan Maret 2020 ini seluas 21.260 hektar (ha). Program Kementan mendorong Kabupaten Sragen harus senantiasa mewujudkan swasembada beras yang berkelanjutan.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Areal tanaman padi di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu dan Cirebon saat ini sudah mulai memasuki masa panen perdana untuk musim tanam rendeng (penghujan) 2019/2020. Pelaksanaan panen pun tak terpengaruh oleh wabah Covid-19 yang kini sedang merebak.

Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, menyebutkan, masa panen di Kabupaten Indramayu di antaranya sudah terlihat di wilayah Kecamatan Gantar, Terisi, Kroya dan Sindang. Namun, dia mengaku belum bisa memastikan luas areal yang telah panen itu."Masih sedikit," ujar Sutatang kepada Republika, Rabu (1/4).

Sutatang menyatakan, meski saat ini tengah merebak wabah Covid-19, namun aktivitas panen tetap berjalan normal. Para buruh tani tetap bekerja seperti biasa memanen padi di sawah.

"Mereka kan bekerja di bawah sinar matahari pagi, malah sehat," tukas Sutatang.

Sutatang menjelaskan, produksi padi milik petani yang sudah panen saat ini pun cukup tinggi. Yakni, rata-rata mencapai 7,8 ton per hektare. Tingginya produksi itu karena tak adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang masif selama berlangsungnya masa tanam.

Selain produksi, lanjut Sutatang, harga gabah di masa awal panen ini juga cukup tinggi. Di tingkat petani, harga gabah kering panen (GKP) varietas Ciherang, ada di kisaran Rp 4.700 hingga Rp 5.000 per kg. Sedangkan harga GKP varietas IR Kebo, rata-rata sekitar Rp 4.500 per kg.

Namun, adapula gabah yang hanya dihargai sekitar Rp 4.000 per kg. Hal itu berlaku untuk gabah yang kualitasnya rusak akibat diterjang hujan deras dan angin kencang saat jelang panen.

Sutatang menambahkan, di masa awal panen ini, para petani tidak mengalami kesulitan untuk menjual gabah yang telah mereka panen. Menurutnya, para pembeli berdatangan ke sawah untuk membeli gabah petani.

Tak hanya di Kabupaten Indramayu, aktivitas panen padi di Kabupaten Cirebon juga tidak terganggu oleh mewabahnya Covid-19."Para petani tetap ke sawah seperti biasa untuk memanen padi," kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar.

Tasrip menyebutkan, saat ini luas areal tanaman padi yang sudah panen di Kabupaten Cirebon baru di kisaran lima persen atau sekitar 500 hektare. Dia menyebutkan, masa panen itu di antaranya terjadi di Kecamatan Gebang, Ciledug, Ciwaringin, Arjawinangun dan Susukan.

Menurut Tasrip, daerah-daerah itu sebelumnya telah memulai masa tanam sejak November – Desember 2019. Karena itu, mereka panen lebih awal dibandingkan daerah lainnya di Kabupaten Cirebon."Kualitas gabah dari lahan yang saat ini sudah panen cukup bagus. Apalagi hujan pun biasanya hanya turun malam hari dan siang harinya panas. Jadi memudahkan petani untuk menjemur gabahnya," tutur Tasrip.

Namun, meski kualitasnya bagus, Tasrip menyebutkan, harga gabah saat ini malah kurang bagus. Dia menyebutkan, rata-rata harga GKP di tingkat petani hanya sekitar Rp 4.000 per kg. Dia menilai, cukup rendahnya harga gabah itu kemungkinan karena banyaknya warga yang hajatan dan mulai masuknya masa panen di daerah-daerah lain di luar Kabupaten Cirebon."Mungkin juga karena pengaruh pasar yang sepi karena masyarakat fokus pada Covid-19 dan mungkin daya beli masyarakatnya juga kurang," kata Tasrip.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement