Sabtu 28 Mar 2020 00:49 WIB

Warga Lebak Korban Banjir Bandang Dambakan Rumah Layak Huni

Warga Lebak korban banjir bandang sudah tiga bulan tinggal di pengungsian.

Seorang warga menangis saat melihat rumahnya yang rusak akibat diterjang banjir bandang di Kampung Susukan, Lebak, Banten, Ahad (26/1/2020).
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Seorang warga menangis saat melihat rumahnya yang rusak akibat diterjang banjir bandang di Kampung Susukan, Lebak, Banten, Ahad (26/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Masyarakat Kampung Seupang, Desa Pajagan, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, mendambakan rumah layak huni. Mereka adalah masyarakat yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor awal tahun 2020 di Kampung Seupang.

Sebanyak 70 kepala keluarga dan 295 jiwa kini terpaksa tinggal di tenda pengungsian yang dibangun oleh relawan dan lembaga kemanusian. Hingga kini mereka tinggal ditenda pengungsian dengan kondisi tidak nyaman.

Baca Juga

"Kami tinggal di tenda pengungsian sejak tiga bulan terakhir ini. Nasibnya ke depan belum jelas apakah mau tinggal selamanya begini," kata Herman, seorang warga Kampung Seupang, Kabupaten Lebak, saat ditemui di kediamannya, Jumat (27/3).

Tempat tinggal mereka luluhlantak diterjang bencana alam tersebut. Peristiwa banjir bandang Sungai Cibeurang itu menerjang pemukiman warga sekitar pukul 10.30 WIB dan menghanyutkan semua rumah warga setempat. Bahkan bencana alam tersebut tidak menyisakan barang-barang milik warga, termasuk perabotan rumah tangga maupun pakaian.

Deras air banjir bandang begitu cepat dan berlangsung hingga 15 menit pemukiman masyarakat luluhlantak dan warga menyelamatkan diri dengan naik ke atas tebing. "Kami begitu terjadi banjir bandang langsung menyampaikan ke warga lain agar lari ke atas tebing untuk menyelamatkan diri," kata Herman sambil mengenang bencana alam itu.

Menurut dia, saat ini, masyarakat yang tinggal di tenda pengungsian secepatnya bisa direlokasi ke tempat yang layak dan nyaman. Mereka ingin pemerintah membangun rumah hunian sementara atau rumah hunian tetap.

Pemerintah daerah sudah menjanjikan akan direalisasikan pembangunan rumah warga yang terdampak bencana alam, namun hingga kini belum ada kejelasan. Karena itu, jika mereka tinggal di tenda pengungsian dengan waktu berlangsung lama dan kemungkinan akan berdampak buruk terjadap kesehatan, pendidikan dan ekonomi masyarakat.

Bahkan, warga kerapkali mengalami sakit-sakitan akibat tinggal yang tidak layak huni itu. Jika hujan, mereka mengalami kebocoran dan bila siang terasa panas menyengat, karena menggunakan atap dan dinding dari plastik terpal.

"Kami berharap bupati segera meninjau ke lapangan, karena sejak awal bencana hingga kini tidak kembali dikunjungi oleh kepala daerah," ujarnya .

Begitu juga Arman (90) warga Kampung Seupang Kabupaten Lebak mengatakan bahwa anggota keluarganya yang tinggal di tenda pengungsian sudah tidak betah. Tinggal di sana, kata dia seperti tinggal dikandang ternak hewan.

Apabila, hujan deras dipastikan air masuk ke rumah dan jika kemarau suhu terik matahari menyengat. Alhasil, warga terpaksa tinggal di balai-balai amben rumah.

"Kami minta warga pengungsi itu untuk direlokasikan ke tempat yang layak huni," ujar Arman sambil mengaku memiliki 20 cicit itu.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi mengatakan masyarakat korban bencana alam pada awal tahun 2020 agar bersabar. Menurut dia, sebab pemerintah daerah sudah mengajukan pembangunan rumah warga yang terdampak banjir bandang dan longsor pada pemerintah pusat.

Rumah warga yang diajukan itu hingga ratusan unit berdasarkan hasil pendataan ulang yang dilakukan pemerintah daerah, namun tidak tertutup kemungkinan jumlahnya bertambah.

Mereka warga korban bencana alam itu kini tinggal di posko pengungsian di Pusdiklatpur Ciuyah, Cibadung, Seupang dan Susukan. "Kami saat ini tinggal menunggu kepastian pemerintah pusat untuk merelokasikan pembangunan rumah layak huni itu," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement