Kamis 26 Mar 2020 00:09 WIB

300 Pegawai RSHS Beresiko Tinggi Jalani Rapid Test Covid-19

Rapid test dilakukan dengan metode yang sederhana, 15 menit hasilnya bisa keluar.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Pemprov Jawa Barat melakukan Rapid Diagnostic Test (RDT) kepada lebih 300 tenaga kesehatan (nakes) dan staf RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, di Poliklinik Anggrek, Rabu (25/3).
Foto: Humas Pemprov Jawa Barat
Pemprov Jawa Barat melakukan Rapid Diagnostic Test (RDT) kepada lebih 300 tenaga kesehatan (nakes) dan staf RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, di Poliklinik Anggrek, Rabu (25/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) melakukan rapid test atau tes cepat covid-19 kepada kurang lebih 300 orang pegawai atau tenaga kesehatan yang dinilai beresiko tinggi terpapar virus korona. Test ini digekar di area Gedung Anggrek, Rabu (25/3). Mereka-mereka adalah orang yang bekerja  melakukan penanganan terhadap pasien covid-19 di ring satu.

Sekitar 350 tes kit yang berasal dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat diserahkan kepada Direktur Medik, Keperawatan dan Penunjang RSHS dr Nucki Nursjamsi Hidajat. Pegawai yang  melakukan rapid test di ring satu yaitu dokter penyakit dalam, anastesi, THT, dokter anak, perawat di ruang isolasi dan intensif, tenaga kesehatan lain, petugas administrasi, supir, cleaning service dan satpam.

Rapid test dilakukan dengan metode yang sederhana. Darah diambil dari jari tangan menggunakan alat rapid test kemudian hasilnya akan keluar sekitar 15 menit apakah negatif atau positif.

"Sampai siang ini, alhamdulillah belum ada petugas yang dinyatakan positif," ujar dr Nucki melalui keterangan pers yang diterima, Rabu (25/3). 

Menurutnya, perbedaan rapid test dengan metode PCR yang digunakan Litbangkes Kementerian Kesehatan yaitu tes swab merupakan pemeriksaan paling akurat dengan pengambilan apus di permukaan langit-langit atas. Sedangkan Rapid test, pemeriksaan protein dalam darah sebagai antibodi dari orang yang sudah terpapar virus. 

"Biasanya orang yang positif baru akan terdeteksi jika sudah terinfeksi sekitar 7 hari, jika baru 1-2 hari akan keluar negatif palsu. Ini dirasa cukup untuk skrining awal dan menekan penyebaran Covid-19," katanya.

Ia menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan rawat inap isolasi pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 yang semakin tinggi, RSHS melakukan persiapan membuka pelayanan rawat inap Covid-19 untuk sekitar 200 bed serta 22 bed untuk kasus berat. Namun katanya untuk kasus berat belum dapat terealisasi karena masih menunggu bantuan ventilator.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement