Jumat 13 Mar 2020 20:36 WIB

Dua Daerah di Jabar, Kasus DBD-nya Rendah

Faktor kematian karena terlambatnya pasien mendapatkan tindakan rumah sakit.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Seorang suster mengecek cairan infus salah seorang pasien yang dirawat akibat terserang demam berdarah dengue (DBD).
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Seorang suster mengecek cairan infus salah seorang pasien yang dirawat akibat terserang demam berdarah dengue (DBD).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dari 27 kota kabupaten di Jawa Barat hanya dua daerah yang ada di zona hijau penyebaran epidemi demam berdarah dengue (DBD). Kedua daerah tersebut yaitu Kota Cirebon dan  Pangandaran. 

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Berli Hamdani Gelung Sakti, zona hijau adalah zona yang jumlah kasus DBDnya rendah atau kurang dari 50. "Hingga menjelang pertengahan Maret ini, kasus di Pangandaran terdapat 16 kasus sedangkan di Kota Cirebon sebanyak sepuluh kasus," ujar Berli pada Jabar punya informasi di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (13/3). 

Saat ini, kata dia, terdapat sembilan daerah yang ada di zona merah dengan jumlah kasus tinggi atau di atas 150 kasus dengan adanya kematian. Kesembilan daerah tersebut yaitu Kabupaten Bogor dengan jumlah kasus tertinggi yaitu 443 kasus dengan dua kematian. Sementara di Ciamis terdapat 381 kasus dengan kasus kematian tertinggi yaitu sebanyak 3 kasus. 

"Lainnya yang ada di zona merah ini Kota Bogor, Depok, Kota dan Kabupaten Sukabumi, Kota Bandung, Kabupaten Cirebon, dan Kota Tasikmalaya, " katanya.

Sisanya, kata Berli, 16 daerah merupakan daerah dengan kasus yang jumlahnya di atas 50. Kebanyakan kasus terjadi di daerah padat penduduk. Adapun  jumlah kasus hingga saat ini mencapai 4.600 kasus.

Sementara untuk jumlah kasus kematian di Jabar, kata dia, mengalami peningkatan yaitu menjadi 16 kasus. Satu kasus kematian tambahan berasal dari Kota Bogor. Berlian mengatakan, yang menjadi faktor kematian karena terlambatnya pasien mendapatkan tindakan rumah sakit. 

Menurutnya, upaya pemerintah untuk menekan angka DBD di antaranya menggerakkan kader juru pemantau jentik (jumantik) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu, Jabar pun menggerakan satu rumah satu jumantik, memeriksa tempat penampungan air, memberikan abate dan menyiapkan semua fasilitas kesehatan untuk meberikan pertolongan. 

"Selain itu, masyarakat harus membawa penderita DBD ke pelayanan kesehatan ini yang paling penting. Agar, pelayanan yang diberikan lebih baik dan bisa menyelematkan nyawa," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement