Rabu 11 Mar 2020 14:12 WIB

Kelola Limbah Tekstil, Sedari Biayai Puluhan Adik Asuh

Masalah limbah tekstil ini menjadi masalah di dunia.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Belanja di bursa baju bekas/ilustrasi(examiner.com)
Foto: examiner.com
Belanja di bursa baju bekas/ilustrasi(examiner.com)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Organisasi non profit bergerak pendidikan dan lingkungan, bernama Sedari, fokus mengelola limbah tekstil. Menurut Nabilah Kushaflyki, organisasi sosialnya ini, berawal dari kegalauan dirinya melihat baju di lemarinya. 

Saat itu, Nabilah yang tercatat sebagai Mahasiswa ITB Jurusan Teknik Lingkungan, melihat lemari baju di kostannya sudah penuh. Saat disortir, ia baru sadar banyak baju yang hanya memenuhi lemari dan jarang digunakan. Padahal, bajunya itu masih bagus hanya model bajunya yang sudah tak kekinian.

"Awalnya pas aku kuliah ngekost di Bandung, baju banyak banget setelah disortir 40 persen jarang dipakai. Itu bukan karena rusak atau robek ya, tapi kan fashion perempuan berubahnya cepat banget. Dan, ini masalaah bukan hanya aku aja. Tapi ini masalah semua orang," ujar Nabilah kepada wartawan di acara diskusi Dalam rangka memperingati International Women’s Day, dengan tema “Perempuan Bisa Apa?” yang digelar komunitas Eksplorekeun, belum lama ini.

Menurut Nabilah, masalah limbah tekstil ini menjadi masalah di dunia. Di Indonesia saja, hingga saat ini belum ada peraturan yang mengatur tentang limbah tekstil. Karena, di dunia saja baru 1 persen limbah tekstil yang direcycle.

"Makanya, saya membuat Sedari Sedari ini untuk membangun kesadaran masyarakat dan membentuk komunitas untuk mengelola limbah tekstil," katanya. 

Menurut Nabilah, sudah ada 50 ribu baju yang dikelola oleh komunitasnya sejak Februari 2018. Bahkan,  komunitasnya awalnya hanya dikelola oleh 7 orang pengurus sekarang volunteernya menjadi 300 orang. Komunitasnya, terus berupaya mengedukask masyarakat untuk mengelola limbah takstil yang sebenarnya dekat dengan keseharian kita. Tapi, jarang ada yang mau memanfaatkannya.

"Komunitas kami sekarang memfokuskan kegiatan di Jakarta. Aktivitasnya reperpouse, redesign dan kita jual lagi bajunya," kata gadis yang lahir pada 21 januari 1996 ini.

Nabilah pun bersyukur, dari hasil mengelola limbah tekstil, ia bisa membantu saat terjadi bencana alam. Tak hanya itu, dari hasil pengolahan baju bekas tersebut, komunitasnya bisa memiliki adik asuh.

"Adik asuh yang kami biayai sekarang ada 35 orang. Kita fokus membantu mereka karena yatim piatu dan tinggal di asrama di Kota Cimahi," kata Nabila. 

Nabilah mengatakan, walaupun kegiatan komunitasnya berada di Jakarta, dananya diberikan ke panti asuhan di Cimahi karena, sejak masih kuliah ia rutin membantu panti tersebut.

"Di Jakarta, kami rutin  mengumpulkan baju bekas karena Sedari pengurusnya semua tinggal di Jakarta pengen ada cabang di daerah lain tapi belum ya," katanya.

Menurut Nabilah, agar kampanye tentang pengelolaan limbah tekstil ini berhasil, dalam berbagai kegiatan pengumpulan pakaian bekas, ia banyak melibatkan artis dan influencer. Misalnya, penyanyi Andin, Rosa, Raissa  pernah mengikuti kegiatan terkait kampanye limbah tekstil ini dengan  menyumbangkan baju.

"Kami ingin masyarkat tahu bahwa baju yang sudah tidak kita pakai, ini masih bisa dimanfaatkan dan membantu orang yang membutuhkan," katanya.

Nabilah berharap, masyarakat pun semakin sadar dengan limbah baju ini. Yakni, dengan bijak membeli baju sesuai kebutuhan jangan lapar mata. Bahkan, sebaiknya gunakan pakaian yang ada d lemari. Kalau akan membeli baju, sebaiknya pastikan dulu baju yang akan kita beli bener-benar kita butuhkan. 

"Kalau aku sendiri, setelah aku ngumpulin baju orang banyak banget dan kamar ku udah kayak Cimol. Aku jadi enek sama baju," katanya.

Menurut Angel Lukito selaku Brand Representative EXSPORT dan salah satu founder dari komunitas Eksplorekeun, dalam rangka memperingati International Women’s Day, EXSPORT mengajak perempuan Indonesia untuk menjawab pertanyaan “Perempuan Bisa Apa?". Acara ini digelar, oleh komunitas Eksplorekeun yang merupakan komunitas yang bergerak sebagai wadah untuk pembelajaran kaum milenials dan Gen Z masa kini.

Acara ini, kata dia, bertujuan untuk memotivasi dan menginspirasi perempuan agar memberi dampak positif dimanapun mereka berada. Peran perempuan begitu besar, tidak kalah dengan pria. 

"Perempuan bisa berdampak, perempuan bisa memimpin, dan perempuan layak untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan pria untuk hal apapun, ” katanya.

Dengan target audience pelajar, mahasiswa dan profesi muda, EXSPORT juga menggerakan komunitas untuk ikutan “girls talk” dalam bentuk talkshow. Bertempat di Block71, Bandung acara ini adalah komitmen EXSPORT untuk terus menyebarkan Creating Goodness. 

Talkshow yang diadakan menghadirkan perempuan-perempuan muda yang hebat dibidangnya. Mulai dari aktivis lingkungan, penulis, seniman  sampai CEO gerakan lingkungan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement