Kamis 08 Dec 2022 00:33 WIB

Dishub DKI Siapkan Sistem Berteknologi AI untuk Urai Kemacetan

AI yang digunakan untuk proyek ini berupa machine learning dan cloud. 

Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta sedang menyiapkan sistem dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) melalui kolaborasi dengan perusahaan teknologi swasta guna membantu mengurai kemacetan di ibu kota.
Foto: Republika
Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta sedang menyiapkan sistem dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) melalui kolaborasi dengan perusahaan teknologi swasta guna membantu mengurai kemacetan di ibu kota.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta sedang menyiapkan sistem dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) melalui kolaborasi dengan perusahaan teknologi swasta guna membantu mengurai kemacetan di ibu kota. AI itu disiapkan beroperasi pada 2023 dengan menganalisis beberapa titik di persimpangan lalu lintas yang kerap mengalami kemacetan.

"Kami tidak berharap kemacetannya akan langsung selesai. Tidak sampai sejauh itu, dari data analisis itu kami ingin mengetahui dan mengurai sumber kemacetan itu dari mana," kata Kepala Unit Pengelola Sistem Pengendalian Lalu Lintas Dishub Provinsi DKI Jakarta Emanuel Kristanto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (7/12/2022).

Baca Juga

Adapun teknologi kecerdasan buatan yang digunakan untuk proyek ini berupa machine learning dan cloud. Proyek tersebut bernama Green Light dan DKI Jakarta menjadi kota pertama di Asia Tenggara yang memanfaatkan AI untuk membantu menganalisis kondisi kemacetan kota.

Emanuel juga berharap selain dapat mengurangi kemacetan, pemanfaatan AI itu bisa membantu masyarakat dalam efisiensi bahan bakar kendaraan serta membantu mengurangi polusi. Pihak swasta yang berkolaborasi dalam proyek Green Light ini ialah Google Indonesia dan telah dikukuhkan dalam nota kesepahaman yang diteken pada November 2022.

Proyek ini sebelumnya sudah diterapkan di beberapa kota yang kerap menjadi titik kemacetan di negara-negara lain. Salah satu contoh keberhasilan proyek ini ialah di Kota Bengalore, India, dengan membantu efisiensi mobilitas hingga 20 persen dari kondisi kemacetan normal.

Menariknya, AI yang digunakan tidak membutuhkan biaya tambahan saat beroperasi dan mampu memberikan rekomendasi yang juga efisien dalam praktiknya. "Teknologi AI memungkinkan Google menganalisis data tanpa sensor tambahan atau bahkan mengubah infrastruktur, sebelum mengirimkan rekomendasi ke dinas kota yang kemudian menerapkan cara-cara untuk mengoptimalkan pengaturan,” kata VP of Engineering and Research Google Yossi Matias.

Kemacetan di Ibu Kota Jakarta semakin terasa terutama sejak kegiatan di luar ruangan sudah dilonggarkan di tengah situasi pandemi Covid-19 bisa dikendalikan. Sebenarnya kondisi kemacetan di Jakarta sudah jauh berkurang saat ini, terlihat dalam indeks yang dirilis oleh TomTom Index yang mencatat Jakarta di 2021 masuk ke posisi ke-46 termacet di dunia.

Kondisi itu bisa dibilang secara signifikan lebih baik mengingat pada 2017 Jakarta menempati posisi ke-4 kota termacet di dunia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement