Senin 13 Sep 2021 08:55 WIB

Jakarta International Stadium Terapkan Konsep Zero Run Off

Air hujan tak akan menggenangi kawasan sekitar, melainkan diserap di kawasan JIS.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Perkembangan pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (24/7/2021).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Perkembangan pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (24/7/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajer Proyek PT Jakarta Propertindo (Perseroda) atau Jakpro, Arry Wibowo mengatakan, Jakarta International Stadium (JIS) menerapkan zero run off, yaitu meresapkan air hujan ke tanah untuk dialirkan melalui saluran air Kota Jakarta Utara (Jakut).

Mekanisme zero run off itu membuat air hujan tidak menggenangi area di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakut. "Jadi ketika ada air hujan atau limpasan, itu tidak akan membanjiri kawasan sekitar, melainkan akan diresapkan di kawasan Jakarta International Stadium dan juga dialirkan melalui saluran kota," ujar Arry di Jakarta, Ahad (12/9) malam WIB.

Arry menambahkan, debit hujan sepanjang tahun dan lain-lain juga ikut diperhitungkan saat perencanaan pembangunan stadion tersebut. Selain itu, wastafel, keran tembok maupun pancuran di ruang ganti pemain nantinya dilengkapi dengan fitur berhenti otomatis, dan setiap fitur diatur penggunaannya sesuai dengan standar umum.

Misalnya, kata Ary, standar penggunaan shower mesti di bawah sembilan liter per menit. Di JIS juga rencananya dibuatkan tangki penampungan air hujan dan penyulingannya. Sehingga air hujan bisa dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman dan rumput lapangan, termasuk flushing di toilet.

Dengan begitu, sambung dia, JIS mampu memenuhi salah satu parameter penilaian desain bangunan ramah lingkungan (green design recognition), yaitu konservasi air (water conservation). JIS meraih predikat platinum dengan skor 91 untuk pengakuan green design recognition dari Dewan Lembaga Konsili Bangunan Hijau Indonesia (Green Building Council Indonesia/GBCI).

GBCI merupakan anggota dari Lembaga Konsili Bangunan Hijau Dunia (World Green Building Council/WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada dengan beranggotakan 102 negara di seluruh dunia. Penilaian greenship level platinum pada green design recognition disandarkan kepada enam parameter pemeriksaan (verifikasi).

Di antaranya, appropriate site development (ASD) memperoleh poin sebesar 12, energy efficiency and conservation (EEC) mendapatkan poin 24, water conservation (WAC) memperoleh poin 18, material resources and cycle (MRC) meraih dua poin, indoor health and comfort (IHC) mendapatkan empat poin, dan building environment management (BEM) memperoleh tiga poin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement