Jumat 23 Apr 2021 21:28 WIB

Ini Analisis BPPT ke Mana Arah Kapal Selam Tenggelam

Ada kemungkinan kapal selam KRI Nanggala terbawa arus timur ke perairan lebih dalam.

Pekerja membongkar muat peralatan SAR yang baru tiba di Bandara Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (23/4/2021). Kedatangan peralatan SAR seperti air buble, compresor portable dan tali seberat 12.433 kilogram itu akan digunakan membantu proses pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak sejak Rabu (21/4) pagi di perairan utara Laut Bali.
Foto: BUDI CANDRA SETYA/ANTARA
Pekerja membongkar muat peralatan SAR yang baru tiba di Bandara Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (23/4/2021). Kedatangan peralatan SAR seperti air buble, compresor portable dan tali seberat 12.433 kilogram itu akan digunakan membantu proses pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak sejak Rabu (21/4) pagi di perairan utara Laut Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan dari hasil pemodelan arus laut, ada kemungkinan kapal selam KRI Nanggala-402 terbawa arus ke timur, ke perairan lebih dalam. "Melihat dari hasil pemodelan BPPT itu agak ketarik ke arah timur," kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Djoko Nugroho saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Kapal selam TNI AL KRI Nanggala-402 hilang kontak sejak Rabu (21/4) di perairan laut bagian utara Provinsi Bali. Hasil pemodelan itu menyertakan berbagai aspek, termasuk faktor jika kapal selam mengalami mati mesin, dengan begitu dikondisikan jika tidak ada tenaga di kapal selam maka kurang lebih kapal seperti terombang-ambing sehingga mengikuti arus. "Dia (kapal, red) mati nih di lokasi hilangnya kontak, dia terombang-ambing di lokasi, nah itu akan terbawanya ke arah timur," tutur Djoko.

Baca Juga

KRI Nanggala-402 memiliki daya jelajah untuk kedalaman laut sekitar 250-500 meter. Namun kalaupun sampai 500 meter itu juga tidak bisa terlalu lama. Ini karena, kata Djoko, di situ ada tekanan yang sudah bisa memengaruhi kondisi dari badan kapal selam itu sendiri.

Jika kapal semakin dalam ke dalam lautan maka tinggi tekanan yang didapat. Apabila tekanan yang diterima sudah melebihi kekuatan tekan dari kapal selam, maka yang terjadi adalah masuknya air laut ke dalam tubuh kapal sehingga kapal selam bisa semakin berat dan semakin bisa turun ke dasar laut dan itu tentunya akan sulit.

Djoko menuturkan jika kapal tersebut meluncur ke arah timur atau ke arah tenggara dari perairan laut bagian utara Provinsi Bali maka bisa dipastikan kapal tersebut akan jatuh ke lokasi yang lebih dalam, tidak sekadar 700 meter tetapi bisa lebih dalam dari 700 meter.

"Tapi kalau misalnya tadi bahwa masih punya potensi kapal ini meluncur secara lateral terus semakin ke dalam kalau ke arah timur atau tenggara masuk ke dalam cekungan Bali yang lebih dalam. Tapi kalau dia meluncur ke arah utara ataupun ke arah barat itu semakin dangkal," tuturnya.

Djoko menuturkan sampai sejauh ini, belum tahu mengenai informasi kondisi darurat kapal itu apakah akan mengeluarkan sinyal seperti pesawat jatuh untuk memudahkan pencarian kapal atau tidak. Dia mendapat informasi yang dibaca di media bahwa kapal selam itu tidak mudah dicari karena memang kapal selam untuk tidak mudah dideteksi posisinya oleh "musuh" dalam bidang pertahanan. Sampai saat ini belum ada perkembangan dari hasil pencarian kapal selam itu. Namun Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) dan tim serta pihak yang terlibat terus berupaya agar KRI Nanggala-402 dapat segera ditemukan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement