Jumat 27 Nov 2020 16:00 WIB

Museum Multatuli Siap Bekerja Sama Agar Mendunia

Museum Belanda diharapkan kembalikan benda-benda milik Multatuli.

Petugas melihat buku Multatuli karya Max Havelaar melalui virtual tur dari gawainya di Museum Multatuli di Lebak, Banten, Rabu (30/9/2020). Museum Multatuli menggelar fasilitas tur virtual serta siaran podcast yang dapat diakses pengunjung melalui gawai sebagai media edukasi kepada pelajar, mahasiswa, serta masyarakat dengan memberikan berbagai macam informasi sejarah yang terdapat di Kabupaten Lebak.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Petugas melihat buku Multatuli karya Max Havelaar melalui virtual tur dari gawainya di Museum Multatuli di Lebak, Banten, Rabu (30/9/2020). Museum Multatuli menggelar fasilitas tur virtual serta siaran podcast yang dapat diakses pengunjung melalui gawai sebagai media edukasi kepada pelajar, mahasiswa, serta masyarakat dengan memberikan berbagai macam informasi sejarah yang terdapat di Kabupaten Lebak.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Museum Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten siap menjalin kerja sama dengan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian untuk mempromosikan kekayaan khazanah budaya tempo dulu agar mendunia.

"Kami sangat membutuhkan adanya kerja sama itu secara berkelanjutan," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Multatuli, Ubaidillah Muchtar di Lebak, Jumat (27/11).

UPT Museum Multtauli menyambut baik dan senang hati jika ada pihak swasta, BUMN, dan kementerian yang ingin kerja sama untuk membesarkan Museum Multatuli agar mendunia.

Selama ini, pihaknya baru menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) untuk Program Jejak Multatuli dan juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam bentuk Festival Seni Multatuli yang dilaksanakan setiap September, di antaranya menggelar Carnaval Kerbau dan Wayang Golek.

Pihaknya juga menjalin kerja sama dengan Museum Kerajaan Belanda Riggt Museum, Namun berharap berlanjut sehingga bisa mengembalikan benda-benda Multatuli, seperti lemari, guci, tas hingga manuskripnya itu ke Museum Multatuli.

"Kami sangat terbuka jika ada kerja sama itu agar Museum Multatuli mendunia," katanya menegaskan.

Ia menjelaskan di Museum Multatuli Rangkasbitung terdapat koleksi novel Max Havelaar edisi pertama yang masih berbahasa Prancis (1876), tegel bekas rumah Multatuli, litografi atau lukisan wajah Multatuli, peta lama Lebak, arsip-arsip Multatuli dan buku-buku lainnya.

Lebih menariknya Museum Multatuli terdapat bukti fisik berupa surat-menyurat Multatuli dengan pejabat Hindia Belanda tentang kondisi masyarakat Lebak, foto-foto, serta novel Max Havelaar terbitan pertama.

Lokasi Gedung Museum Multatuli berdekatan dengan Kantor Pemerintah Kabupaten Lebak dengan luas 1.842 meter persegi terdapat tujuh ruangan yang terbagi menjadi empat tema. Keempat tema tersebut yaitu sejarah datangnya kolonialisme ke Indonesia, Multatuli dan karyanya, serta sejarah Lebak dan Banten.

Selain itu ada juga tentang perkembangan Rangkasbitung masa kini. Ia mengatakan, saat ini, jumlah pengunjung Museum Multatuli sekitar 6.500 orang, termasuk virtual sehubungan merebaknya pandemi Covid-19.

Selama ini, kata dia, wisatawan yang mengunjungi Museum Multatuli masih ada dari kalangan mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mereka mengunjungi Museum Multatuli itu untuk pengkajian dan penelitian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement