Selasa 15 Sep 2020 12:34 WIB

Fenomena Balap Lari Liar, Kriminolog: Bisa Memicu Tawuran

Para remaja diimbau untuk menahan keinginan berolahraga secara berkelompok.

Rep: Ali Mansur/ Red: Bilal Ramadhan
Dua orang pebalap lari liar adu lari berjarak 100 meter di Jalan Raya Ciri Mekar, Cibinong, Kabupaten Bogor , Jawa Barat.
Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Dua orang pebalap lari liar adu lari berjarak 100 meter di Jalan Raya Ciri Mekar, Cibinong, Kabupaten Bogor , Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19 muncul fenomena unik yang digandrungi oleh kaum muda, yaitu adu balap lari liar. Biasanya adu lari ini dilakukan oleh para remaja dan berlangsung malam hari dengan menutup jalan raya. Banyak yang menilai ajang adu balap liar ini mengganggu ketertiban umum, juga sebagai ajang judi.

Pakar Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Maria Zuraida menilai balap lari liar di beberapa wilayah ini jelas bukan mencari bakat atau ajang atlet lari. Karena melanggar lalu lintas, sangat membahayakan pengendara mobil, sepeda motor dan pengguna jalan lainnya.

"Ini ajang remaja yang berbahaya jika jagonya kalah dan dapat memicu tawuran antar gang atau kelompok. Sering membawa korban materi bahkan nyawa," ujar Zuraida saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (15/9).

Apalagi, kata Zuraida, masa pandemi Covid-19 sampai sekarang masih berlangsung. Maka alangkah baiknya tidak berkerumun, yang berakibat bertambahnya pasien positif Covid-19.

Kemudian jika protokol atau peraturan terus dilanggar, tentu sangat sulit untuk bebas dari pandemi Covid-19. Ia memberikan solusi agar fenomena balap lari liar ini tidak lagi terjadi, terutama di zona rawan Covid-19.

"Remaja berolahraga mandiri di rumah masing-masing selama PSBB berlangsung. Tahan keinginan dalam berolahraga secara kelompok," tegas Zuraida.

Kemudian, bagi para pelajar, perbanyak mengerjakan "PR" yang diberikan guru melalui on line, syukur-syukur sudah ada yang dengan tatap muka secara bergilir. Juga waktu luang lainnya, bisa membantu pekerjaan orang tua di rumah. Banyak manfaatnya, karena komunikasi dengan orang tua lebih sering.

"Jangan lupa dalam bidang keagamaan, ini sangat penting. Bagi yang Muslim, perbanyak tadarus atau dzikir serta banyak membaca buku-buku keagamaan. Pasti sangat banyak manfaatnya," ujar lulusan S3 Kriminologi UI tersebut.

Selanjutnya, bagi orang tua, kata Zuraida, buatlah makanan yang bergizi bagi putra putrinya, agar betah di rumah. Selain itu mengawasi putra putrinya dalam belajar dan menjalankan agama dengan baik dan benar. Serta ajaklah mereka sholat berjamaah di rumah bagi muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement