Jumat 12 Jun 2020 16:48 WIB

Meski Ada Pedagang Positif, Pasar Kebayoran Lama Tetap Buka

Pedagang Pasar Kebayoran Lama mengaku mengalami penurunan pendapatan.

Rep: Rizkiyan Adiyudha/ Red: Bilal Ramadhan
Pedagang sayuran menyiapkan dagangannya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Pedagang sayuran menyiapkan dagangannya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pedagang di Pasar Kebayoran Lama dinyatakan positif Covid-19. Berdasarkan pantauan di lapangan pada Jumat (12/6), pasar Kebayoran Lama tetap aktif. Mayoritas yang membuka lapak dagangan adalah mereka yang menjajakan bahan pangan.

Kegiatan niaga di pasar tersebut juga berangsur normal. Tak hanya pedagang bahan pokok, pedagang sepatu, pakaian, toko emas atau bahkan peralatan rumah tangga juga terlihat mulai menjajakan barang-barang mereka.

Kendati mereka relatif menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah, para pedagang terlihat saling menjaga jarak antar lapak dagangan mereka. Mereka menjaga jarak setidaknya satu meter dari lapak dagangan di sebelahnya.

Meskipun tidak semua pedagang mematuhi aturan jaga jarak tersebut. Namun, sedikit dari para pedagang yang terpantau masih membuka lapak kaki lima mereka berdempetan dengan lapak kaki lima di sebelahnya.

Mayoritas pedagang juga terlihat menggunakan masker. Meskipun tidak sedikit yang mengenakan masker di bawah wajah atau tepatnya di leher mereka. Namum ada juga pedagang yang tidak mengenakan masker sama sekali.

Saat disambangi Republika sekitar pukul 13.00 WIB kondisi pasar terpantau relatif lengang. Tidak terlihat pembeli yang berdesak-desakan hingga tidak mengindahkan aturan protokol kesehatan yang berlaku. Namun, baik pedagang atau pengunjung mayoritas dari mereka tetap menggunakan masker meskipun tidak dengan cara yang benar.

Salah satu pedagang di pasar Kebayoran Lama, Adi mengaku harus membuka lapak dagannya lantaran faktor ekonomi. Pedagang sayuran itu mengaku harus tetap bekerja gua menghidupi keluarganya. Meskipun, diakuinya bahwa berdagang di tengah pandemi memberikan kekhawatiran tersendiri.

"Ya kalau enggak dagang, kami enggak bisa makan, bayar kontrakan atau ngasih anak jajan dan sekolah kan," kata Adi sambil melayani pembeli.

Pendapat serupa juga dikemukakan Bambang. Pedagang pakaian ini mengaku mengalami penurunan pendapatan saat berjualan di tengah pandemi. Dalam kondisi normal dia mengaku dapat menjual minimal setengah lusin pakaian yang dijual dengna harga minimal Rp 35 ribu.

"Tapi kalau lagi pandemi gini paling cuma laku tiga potong, itu juga belum tentu ada setiap hari karena pada takut orang mau keluar juga," kata Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement