Jumat 12 Jun 2020 17:47 WIB

Cegah Banjir Rob, DPRD: Perkuat Tanggul Laut di Jakut

Persoalan pemeliharaan tanggul laut jadi masalah saat banjir rob.

Rep: Amri Amrullah / Red: Agus Yulianto
Pekerja menunggu angkutan untuk melintasi banjir rob di kawasan Pelabuhan Nizam Zachman, Jakarta Utara, Jumat pekan lalu. Banjir rob setinggi sekitar 20-60 centimeter tersebut terjadi akibat air laut pasang yang merendam kawasan pelabuhan dan pemukiman warga.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja menunggu angkutan untuk melintasi banjir rob di kawasan Pelabuhan Nizam Zachman, Jakarta Utara, Jumat pekan lalu. Banjir rob setinggi sekitar 20-60 centimeter tersebut terjadi akibat air laut pasang yang merendam kawasan pelabuhan dan pemukiman warga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir air laut (rob) yang melanda beberapa wilayah pemukiman warga di Jakarta Utara sepekan terakhir menjadi perhatian Anggota DPRD DKI Jakarta. Wakil Komisi D DPRD Provinsi DKI Jakarta, Nova Harivan Paloh mendorong, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI untuk mengoptimalkan pemeliharaan seluruh tanggul yang berada di Pantai Utara Jakarta.

Nova yang sempat meninjauan ke salah satu wilayah terdampak Banjir Rob, di Kompleks Pantai Mutiara, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara Kamis kemarin mengaku, persoalan pemeliharaan tanggul jadi masalah. “Menurut keterangan warga, disini belum pernah terjadi (Banjir Rob), sehingga Ini menjadi perhatian kita. Artinya ini masalah pemeliharaan, kedepannya harus lebih dioptimalkan,” katanya Jumat (12/6).

Sebab, Banjir Rob yang merendam kompleks tersebut selama lima hari sejak Jumat (5/6) lalu yang disebabkan oleh rusaknya konstruksi bangunan dari tanggul bagian bawah yang terkikis terkena erosi dan bersamaan dengan naiknya permukaan air laut. Air laut pun masuk hingga ke pemukiman warga dari rembesan tanggul bawah karena minimnya pemeliharaan tanggul.

“Kalau ini airnya dari bawah, ada rembesan. Tanggulnya sih gak masalah. Makanya ini yang mau kita perketat lagi pemeliharaannya, harus dipantau terus,” tuturnya.

Sementara Kepala Dinas SDA DKI Jakarta, Juaini mengaku sudah berupaya memperbaiki kerusakan dengan melakukan penambalan sementara dibeberapa titik menggunakan batu dan pasir. “Kemarin kita sudah mengirimkan sembilan truk batu kali, dan pasir untuk menutup kebocoran yang ada disini. Alhadulillah saat ini sudah tidak ada genangan lagi,” ucapnya.

Juaini menjelaskan, titik kerusakan berada di wilayah pengembang, yakni PT Intiland Development Tbk. Oleh karena itu, pihaknya akan terus berkoordinasi untuk memastikan jadwal rampungnya perbaikan tanggul secara permanen.

“Itu masih wilayah pengembang, mereka rencananya akan melakukan perbaikan secara permanen. Saat ini sudah ada tiang pancang untuk membuat sheetpile di sepanjang tanggul yang ada di Perumahan Mutiara. Kita akan terus mengawasi secara teknis,” tandasnya.

Juaini juga menginfokan yang terdampak di Komplek Pantai Mutiara ada sekitar 500 kepala keluarga (kk) dari delapan Rukun Tetangga (RT) di Rukun Warga (RW) 16.

Sebelumnya Kenaikan permukaan air laut atau banjir rob melanda Pelabuhan Kaliadem hingga pemukiman warga di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (4/6) malam. Banjir rob menerjang dengan ketinggian berkisar 50-60 sentimeter. Para warga terlihat berkemas mengamankan barang-barang mereka dari limpahan air laut.

Salah seorang warga, Kartini mengatakan sampai malam, sampai jam 1 malam ga turun-turun. Menurut Kartini, banjir rob itu sudah melanda sejak dua malam terakhir hingga ukuran selutut orang dewasa. Bahkan banjir rob juga masuk ke dalam rumah-rumah warga.

Warga lainnya, Rahmat mengatakan banjir rob mulai terjadi sekitar pukul 18.30 WIB atau habis waktu magrib. Banjir rob kemudian surut pada pagi hari.

Sebagian warga memilih mengungsi ke rumah yang tidak terdampak rob atau memilih tinggal di lantai dua rumah warga. Warga berharap pemerintah dapat memberikan bantuan kepada mereka yang terdampak bajir rob.

Info yang dihimpun, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan pasang air laut yang cukup tinggi akibat fase bulan purnama atau disebut juga full moon atau spring tide.

Selain faktor astronomis, terdapat faktor meteorologi berupa potensi gelombang tinggi akibat angin timuran yang cukup kencang dengan kecepatan 25 knot atau 46 kilometer perjam, hal itu bisa menciptakan gelombang air 2,5 hingga empat meter. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement