Jumat 09 Apr 2021 11:11 WIB

Akibat Pandemi, Pendapatan Masyarakat Bali Turun 40,6 Persen

Sektor pariwisata yang sejak awal tahun lalu mulai merasakan dampak akibat pandemi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Petugas berinteraksi dengan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di Monkey Forest Ubud, Gianyar, Bali, Kamis (5/11). Objek wisata unggulan di kawasan Ubud tersebut resmi dibuka kembali untuk kunjungan wisatawan setelah sempat ditutup sejak akhir bulan Maret lalu akibat pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petugas berinteraksi dengan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di Monkey Forest Ubud, Gianyar, Bali, Kamis (5/11). Objek wisata unggulan di kawasan Ubud tersebut resmi dibuka kembali untuk kunjungan wisatawan setelah sempat ditutup sejak akhir bulan Maret lalu akibat pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut masyarakat di Bali mengalami penurunan pendapatan sebesar 40,67 persen akibat pandemi Covid-19. Dari data tersebut, masyarakat miskin dan rentan menjadi yang paling terdampak karena mereka bekerja sektor informal.  

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sektor pariwisata yang sejak awal tahun lalu mulai merasakan dampak akibat pandemi Covid-19.

“Masyarakat dengan pendapatan kurang dari Rp 1,8 juta per bulan menjadi yang paling banyak terdampak, yakni hingga 67,65 persen. Lalu 52,6 persen pekerja dengan penghasilan Rp 1,8 juta sampai Rp 3 juta juga mengalami penurunan pendapatan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (9/4).

“Sebanyak 42,51 persen pekerja dengan gaji Rp 3 juta sampai 4,8 juta juga mengalami penurunan pendapatan. Mereka yang memiliki gaji Rp 4,8 juta sampai 7,2 juta juga terdampak, yakni 36,83 persen. Sedangkan pekerja dengan gaji di atas Rp 7 juta yang mengalami penurunan pendapatan sebanyak 41,28 persen,” jelasnya.

Dari sisi wisatawan, lanjut Sri Mulyani, sepanjang 2020 sebanyak 1,1 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung. Angka ini berbeda jauh dari tahun sebelumnya yang bisa menampung kedatangan 6,3 juta wisman kunjungi. 

Sedangkan kunjungan wisata domestik hanya 4,6 juta orang dari yang sebelumnya 2020 bisa mencapai 10,5 juta wisatawan.

“Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara atau wisatawan domestik ini disebabkan kebijakan pemerintah dan negara-negara lain yang membatasi pergerakan manusia demi mengendalikan penyebaran virus corona," ungkapnya.

Meski begitu, sepanjang 2020 tingkat okupansi hotel berbintang di Bali mulai menunjukkan peningkatan. Tercatat pada Desember 2020 tingkat okupansi hotel berbintang mencapai 19,5 persen. Namun, kondisi ini kembali menurun pada Januari dan Februari 2021, masing-masing tingkat okupansi hotel berbintang menjadi 11,5 persen dan 8,99 persen. 

“Bali merupakan daerah destinasi pariwisata lalu karena orang harus tinggal di rumah dan melakukan disiplin kesehatan jelas akan memberikan dampak negatif yang luar biasa,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement