Selasa 23 Nov 2010 04:28 WIB

BPPTK: Ancaman Awan Panas Merapi Menurun

Merapi
Foto: bbc.co.uk
Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangann Teknologi Kegunungapian Subandriyo memperkirakan kemungkinan kecil terjadi awan panas letusan, karena potensi magma yang akan keluar menurun. "Awan panas masih mungkin terjadi selama status Merapi masih ditetapkan dalam level paling tinggi yaitu 'awas', namun kemungkinan terjadi awan panas letusan ke depannya semakin kecil," katanya di Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, jenis awan panas yang mungkin masih akan terjadi selama fase erupsi Merapi adalah awan panas guguran, akibat tidak stabilnya kubah lava yang terbentuk di puncak gunung ini.

Salah satu faktor yang mendasari hipotesis tersebut, kata Subandriyo adalah berkurangnya kandungan sulfur dioksida (SO2) di udara, yaitu menjadi 1,8 kiloton per hari.

Pada saat terjadi erupsi besar Gunung Merapi pada 5 November 2010 kandungan sulfur dioksida bisa mencapai 120 kiloton. "Kandungan sulfur dioksida cenderung menurun, yang berarti potensi magma yang akan dikeluarkan oleh Merapi juga semakin mengecil," katanya.

Berdasarkan sejarah letusan Merapi, awan panas guguran bisa berlangsung dalam waktu tiga bulan, sebelum gunung tersebut memasuki fase akhir erupsi.

Namun demikian, meskipun potensi terjadinya awan panas letusan yang bisa mengarah ke segala arah mengecil, Subandriyo tetap meminta masyarakat untuk waspada. Ia mengatakan dengan sistem atau "jalan" magma yang sudah terbuka, maka pergerakan magma tidak selalu harus ditandai dengan deformasi di tubuh gunung. "Sistem yang sudah terbuka itu memungkinkan magma bergerak dengan leluasa tanpa harus menimbulkan deformasi. Sebelum terjadi letusan besar, magma bisa bergerak dengan kecepatan 35 meter per detik," katanya.

Hasil pemantauan kegempaan, pada Senin hingga pukul 12.00 WIB menunjukkan adanya dua kali gempa vulkanik dan 25 kali gempa "multiphase" (MP) atau gempa permukaan yang berasosiasi pada pembentukan kubah lava.

Pada Minggu (21/11) terjadi banjir lahar pada pukul 17.20 WIB hingga pukul 19.25 WIB disertai dengan awan panas guguran. Namun, karena cuaca mendung, tidak dapat diketahui arah luncuran awan panas tersebut.

Awan panas kembali terjadi pada Senin (22/11) dini hari yaitu pukul 00.15 WIB sampai pukul 00.18 WIB, dan terjadi dua kali. Oleh karena itu, kata dia, status Merapi tetap dipertahankan di level "awas", meskipun radius rawan bahaya semakin dipersempit.

Proses penyempitan radius rawan bahaya tersebut, menurut Subandriyo dinilai lebih baik bagi masyarakat khususnya dari sisi psikologis. "Jika tiba-tiba diturunkan menjadi 'siaga', dan ada awan panas meskipun kecil, tentu akan menyebabkan masyarakat panik," katanya.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement