Senin 12 Jul 2010 03:44 WIB

Penambahan Portal Busway tak Effektif

Rep: Muhammad Fakhurddin/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sterilisasi jalur busway mendesak untuk dilakukan. Sayangnya, rencana pemasangan portal di 35 titik belum mendapat respon positif dari kalangan politisi Jakarta . Pasalnya, pemasangan portal dikawatirkan bisa menjadi salah satu penyumbang meningkatnya kemacetan arus lalu lintas di Ibu Kota.

Anggota Komisi B (bidang transportasi) DPRD DKI Jakarta , Aliman Aat, mengatakan berdasarkan pengalaman, portal yang telah terpasang di jalur busway kawasan Kwitang, Jakarta Pusat tidak membuat sterilisasi busway berjalan efektif.

Pelanggaran oleh para pengendara pribadi dan angkutan umum lainnya masih terjadi. “Yang sudah ada saja ditabrak juga. Bagi kita pemasangan portal tidak masalah, tapi apakah sudah dipikirkan dampak kemacetan yang ditimbulkan,” ujar Aliman Aat, Ahad (11/7).

Menurut Aliman, akan jauh lebih efektif bila pengaturan di jalur busway dilakukan dengan peningkatan jumlah personel pengamanan oleh polisi lalu lintas dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta. “Kalau aparat yang jaga, mereka bisa mengenakan sanksi tilang kepada para pelanggar. Ini bisa menimbulkan efek jera,” tuturnya.

Selain mengenakan sanksi tilang, aparat keamanan di jalur buswa, juga bisa melaksanakan pengaturan lalu lintas di saat terjadi kepadatan arus lalu lintas. Pada jam sibuk pagi dan sore misalnya, petugas bisa mengendalikan dengan cara membuka dan menutup kembali jalur busway untuk pengendara pribadi dan angkutan umum selain bus Transjakarta.

“Pemasangan portal akan sia-sia belaka. Apalagi di malam hari, banyak pengendara pribadi yang menggunakan jalur busway, bisa-bisa celaka bila nabrak portal. Apakah akan ada yang menjaga jalur itu meski sudah larut malam?” tanya Aliman. Terlebih, harga satu unit portal sekitar Rp 35 juta. Sehingga untuk 35 portal tersebut total anggarannya sekitar Rp 1,225 miliar.

Menurut dia, akan jauh lebih terkendali bila jalur busway menggunakan sistem sosialisasi kepada pengendara dengan menggunakan pengeras suara seperti yang selama ini digunakan di pintu-pintu jalur kereta api. Hal ini diyakini mampu meminimalisasi kemungkinan terjadi kecelakaan. “Sehingga pengendara tahu ada larangan masuk ke jalur itu,” tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement