Rabu 23 Mar 2011 21:47 WIB

Seorang Penderita Malaria Tertiana Meninggal di Rumah Sakit

REPUBLIKA.CO.ID,PANGKALPINANG--Seorang pasien dari delapan pasien malaria jenis 'tertiana' yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Hamzah Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), meninggal karena virus penyakit tersebut sudah menyerang otak pasien.

"Nyawa pasien tidak tertolong lagi karena kondisinya saat dibawa ke RSUD sudah kronis dan setelah dirawat satu minggu akhirnya meninggal," ujar Humas RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang, Bagja Tito Nugraha di Pangkalpinang, Rabu, tanpa mengungkapkan idenditas pasien tersebut.

Ia menjelaskan, terhitung Januari hingga Februari 2011, penderita malaria yang menjalani rawat inap di RSUD Depati Hamzah 59 orang dengan rincian pasien malaria biasa 51 orang dan pasien malaria tertiana delapan orang termasuk yang meninggal tersebut.

Babel merupakan daerah endemis malaria karena ratusan kolong (bekas tambang timah) ukuran besar yang menampung air tersebar di seluruh wilayah sebagai tempat nyamuk berkembang biak dan rendahnya kesadaran masyarakat memelihara kebersihan lingkungan.

Menurut dia, penyakit malaria jenis tertiana ini lebih berbahaya dibandingkan penyakit malaria biasa, karena malaria tertiana bisa menghalangi jalan darah ke otak yang mengakibatkan pasien koma, mengigau dan kematian.

"Malaria tertiana ini dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, mengigil, anemia dan pembesaran limpa dan apabila tidak medapatkan pertolongan medis bisa mengakibatkan kematian," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, masyarakat diharapkan meningkatkan pemberantasan terhadap sarang nyamuk dengan cara, menguras dan menyikat tempat penampungan air, kemudian menutup rapat-rapat tempat penampungan air.

Kemudian, mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, dan melaksanakan perbaikan saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak. Selain itu, menabur bubuk pembunuh jentik seperti abate, altosid, dan Sumilari di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, memasang kawat kasa, menggunakan kelambu saat tidur.

"Walaupun tidak ada kegiatan gotong-royong, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk ini bisa dilakukan perorangan di lingkungan masing-masing demi kesehatan keluarga sebab lebih baik mencegah dari pada mengobati," ujarnya.

Menurut dia, kesadaran warga untuk mencegah berbagai penyakit akibat gigitan nyamuk seperti malaria, DBD, Chikunguya dan penyakit lainnya masih kurang sehingga penyakit akibat gigitan nyamuk selama musim hujan seperti malaria, DBD, Chikungunya selalu terjadi," ujarnya.

"Kami berharap warga untuk meningkatkan kewaspadaan berbagai penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan melaporkan kepada petugas apabila ada anggota kelurga yang menderita DBD, malaria, chikungunya untuk dilakukan pengasapan agar nyamuk pembawa bibit penyakit di lingkungan tersebut bisa dibasmi," ujarnya.

Pasien rawat inap di RSUD Pangkalpinang periode Januari sampai Pebruari yaitu malaria 59 orang, diikuti pasien diare 40 orang, sementara pasien rawat jalan didominasi pasien Ispa 158 orang, asma 80 orang, TBC 51 orang, TB paru 58 orang," ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement