Ahad 19 Aug 2018 21:07 WIB

Pesan Almarhum Ayah Jadi Pemicu Defia Raih Emas

Sang ayah meninggal saat Defia berlatih di Korea untuk persiapan Asian Games.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Indira Rezkisari
Atlet taekwondo putri Indonesia Defia Rosmaniar melakukan selebrasi seusai meraih medali emas dalam cabang taekwondo nomor poomsae Asian Games 2018 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Ahad (19/8).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Atlet taekwondo putri Indonesia Defia Rosmaniar melakukan selebrasi seusai meraih medali emas dalam cabang taekwondo nomor poomsae Asian Games 2018 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Ahad (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adalah Defia Rosmaniar, yang akhirnya mencatatkan namanya dalam catatan sejarah keikutsertaan Indonesia di ajang Asian Games. Taekwondoin asal Bogor, Jawa Barat, ini menjadi atlet pertama yang menyumbangkan medali emas pertama kontingen Indonesia di gelaran Asian Games XVIII/2018. Prestasi ini pun lebih manis lagi lantaran Indonesia merupakan tuan rumah Asian Games.

Asian Games XVIII/2018 ini merupakan pertama kalinya Delia turun di ajang olahraga multi cabang empat tahunan paling bergengsi, setelah Olimpiade, tersebut. Namun, semua kesukesan itu tidak datang begitu saja. Kehilangan sang ayah, saat tengah menjalani pemusatan latihan di Korea Selatan, menjadi pukulan terberat Defia jelang gelaran Asian Games 2018.

Sejak Maret hingga Agustus 2018, timnas Taekwondo memang menjalani latihan di Korea Selatan. Namun, saat tengah mempersiapkan diri menjadi yang terbaik di Asian Games 2018, Defia mendapatkan kabar menyedihkan, sang ayah meninggal dunia. Defia akhirnya sempat meninggalkan pemusatan latihan timnas Taekwondo. Itu pun tidak lama, hanya sehari, kemudian kembali lagi ke Korea Selatan.

Defia pun mengakui, sesi pemusatan latihan di Korea Selatan itu menjadi periode terberat saat mempersiapkan diri untuk Asian Games. ''Soalnya jauh dari mana-mana. Sempat kesal juga sih harus balik ke Korea, tapi bagaimana, harus berlatih lagi, soalnya masih banyak yang kurang. Tapi Alhamdulillah penyesalan itu terbayar,'' kata Defia kepada wartawan usai upaya pengalungan medali emas di venue Taekwondo, Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Ahad (29/8).

Alih-alih tenggelam dalam kesedihan, Defia pun bertekad untuk bangkit. Memberikan yang terbaik dan membuat bangga orang tua menjadi modal utama Defia saat menjalani kompetisi di nomor Poomsae Tunggal Putri cabang Taekwondo Asian Games 2018. Motivasi inilah yang akhirnya membuat Defia mampu bangkit.

Di mata Defia, sosok ayah merupakan pendukung utama untuk terus menggeluti dunia Taekwondo. ''Peran ayah penting banget. Pokoknya ayah yang terus mendukung aku, karena mama takut kan. Tapi kata ayah, 'sudah kamu bisa kok'. Yang biayai ayah. Akhirnya, motivasi saya itu saja, buat bangga orang tua,'' ujar atlet yang mulai menggeluti Taekwondo dari usia 14 tahun tersebut.

Ketegaran Defia saat menjalani pemusatan latihan di Korea Selatan pun diakui oleh manajer timnas Taekwondo Indonesia, Rahmi Kurnia. Menurutnya, Defia mampu menjaga semangatnya untuk terus berlatih. ''Semangatnya tinggi untuk terus berlatih. Padahal, dia sempat kembali ke Indonesia, dan akhirnya balik lagi ke Korea Selatan,'' ujar Rahmi.

Menjadi penyumbang medali emas pertama buat kontingen Indonesia di Asian Games 2018, Defia pun menyimpan harapan buat perkembangan dunia Taekwondo di Indonesia. ''Semoga Taekwondo Indonesia bisa lebih mendunia dan Indonesia bisa lebih dipandang lagi dari negara-negara lain,'' tutur atlet Peraih medali emas di nomor Poomsae dalam kejuaraan U17 Korea Open pada 2012 itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement