Jumat 29 Jun 2018 03:48 WIB

Indonesia Tunggu Pernyataan Resmi Penyatuan Kontingen Korea

Selain penyatuan kontingen, dua juga membuat satu tim untuk tiga cabang olahraga.

Rep: Fitriyanto, Antara/ Red: Ratna Puspita
Erick Thohir
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Erick Thohir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc) meminta adanya pernyataan resmi terkait rencana penyatuan kontingen Korea Utara dan Selatan di Asian Games 2018. Selain penyatuan kontingen, Korea Utara dan Korea Selatan juga membuat satu tim untuk tiga cabang olahraga, yakni bola basket putri, kano, dan rowing. 

“Kami sedang menunggu hitam diatas putihnya. Saya memang sudah dengar ada tiga cabor, tetapi kami belum dapat secara tertulis,” kata Ketua Panitia Asian Games (Inasgoc) Erick Thohir di Jakarta, Kamis (28/6) malam. 

Erick menjelaskan, pernyataan resmi ini diperlukan karena mungkin saja ada perubahan sikap dari dua negara tersebut. “Mereka akan lakukan parade bersama, benderanya ini, cabornya ini, kalau ada hitam di atas putih, kami laksanakan” ujar Erick.

Menurut Erick, pernyataan resmi itu akan memudahkan pengurusan detail penyatuan kontingen dan pembentukan tim bersama. Terkait penyatuan tim, misalnya, kedua Korea harus mengikuti aturan untuk kuota atlet dan ofisial.

“Misalnya sepak bola, kuotanya 22 pemain. Ketika mereka gabung bukan berarti menjadi 33, tetapi tetap 22 orang. Ini hanya contoh, bukan berarti mereka gabung di sepak bola,” kata Erick. 

photo
Cheerleader Korea Utara memegang bendera unifikasi Korea dalam latihan seremoni pembukaan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, Korea Selatan, Februari lalu. (EFA-EFE)

Pengurusan ini termasuk bendera yang akan digunakan ketika parade kontingen pada acara pembukaan. Erick mengatakan, ada usulan agar dua Korea menggunakan bendera seperti pada Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Februari lalu.

“Namun ada negara lain yang masih keberatan dengan bendera tersebut. Benderanya bisa saja pakai itu, parade boleh, bendera kita minta lagi,” kata dia. 

Terkait pengurusan detail ini, Erick mengatakan, Inasgoc akan dibantu oleh Kementerian Luar Negeri. Termasuk jika kedua kepala negara kedua Korea, yakni pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, bisa hadir di Indonesia. 

“Itu nanti domain Kemenlu, kami hanya pantia,” kata dia. 

Baca Juga: Presiden Jokowi Ajak Dua Pemimpin Korea Hadir di Asian Games

Di sisi lain, Erick mengatakan, Indonesia sangat mengapresiasi penyatuan kontingen dan pembentukan satu tim untuk tiga cabor bagi kedua Korea. Apalagi, ia mengatakan, ini sangat bagus bagi Indonesia yang selama ini menempatkan diri sebagai negara damai. 

Indonesia, ia mengatakan, selalu mengupayakan perdamaian di Semenanjung Korea. Terlebih, ia mengatakan, Asian Games merupakan pesta olahraga yang hendaknya dijauhkan dari isu politik, agama, dan ras. 

“Sebagai panitia pelaksana tentu kami menyambut baik jika Korea bersatu pada ajang Asian Games,” kata Erick. 

Korea Utara dan Selatan berniat bergabung menjadi satu tim dalam tiga cabang olahraga. Ketiganya, yakni bola basket perempuan, perahu kano/kayak dan cabang dayung (LM4-, LM8+ serta LW2X).

Kedua Korea juga mengupayakan agar mereka mendapatkan lampu hijau untuk turut serta dalam satu bendera. Perwakilan kedua negara di semenanjung Korea tersebut bersama Komite Olimpiade Asia (OCA) bertandang ke markas Inasgoc untuk membicarakan hal tersebut pada Kamis pagi.

photo
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom (kiri) dan Duta Besar Korea Utara untuk Indonesia An Kwang-il membawa maskot Asian Games XVIII seusai melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, 30 April lalu. (Antara)

Pertemuan kedua kontingen Korea itu di Jakarta memutuskan delegasi gabungan akan diwakilkan oleh 200 atlet dan utusan resmi. Artinya, masing-masing Korea akan menyumbangkan 100 atlet pada parade upacara pembukaan Asian Games 2018.

Bahkan, Inasgoc memberikan dispensasi batas akhir pendaftaran tim gabungan kedua kontingen Korea itu pada 10 Juli dari jadwal semula pada 30 Juni. Kalau nantinya penyatuan terjadi juga di beberapa cabor, Erick mengatakan hal tersebut sedikit banyak bisa menghemat anggaran. 

“Kalau ini nanti gabung lagi, misalnya 20 cabang olahraga, ya bagus karena kami sebagai panitia bisa menghemat sesuai arahan negara. Jepastiannya nanti ketika entry by name, tapi harus ada hitam di atas putihnya juga yang ditekan bersama," ucapnya.

Bagi kedua negara Korea, berjalan beriringan dan bertarung dalam satu bendera pada event olahraga, bukan hal yang baru walau tetap merupakan suatu yang luar biasa. Terakhir, para atlet dari kedua negara melakukannya pada Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan, Februari 2018. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement