Senin 06 Oct 2014 10:00 WIB

Sampai Jumpa di Jakarta

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Didi Purwadi
Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan.
Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Games ke-17 akhirnya telah resmi berakhir. Total 45 negara telah bersaing demi menjadi yang terbaik pada 36 cabang olah raga yang dipertandingkan selama 16 hari di Incheon, Korea Selatan. Dengan slogan ''Diversity Shines Here, Incheon dianggap telah sukses menggelar pesta olah raga terbesar se-Asia tersebut.

Kini, giliran Jakarta, Indonesia, yang tengah bersiap untuk menjadi tuan rumah Asian Games ke-18, 2018 mendatang. Menggantikan Hanoi, Vietnam, yang mundur lantaran tidak yakin dengan pendanaan, Jakarta akhirnya ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games ke-18. Namun, persiapan bukan hanya melulu soal infrastruktur. Hal yang lebih jauh lebih penting adalah mempersiapkan atlet-atlet Indonesia agar bisa bersaing di level Asia, terlebih dengan status sebagai tuan rumah.

Jika bertolak dari pencapaian kontingen Indonesia di Incheon, Korea Selatan, sejumlah perbaikan memang sudah harus dilakukan. Mulai dari pembinaan atlet-atlet muda, hingga koordinasi sinergis antara Komite Nasional Olah Raga Indonesia (KONI), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai wakil Pemerintah.

Kontingen Merah-Putih di Asian Games ke-17 gagal memenuhi target awal, yaitu meraih minimal sembilan emas dan finish di 10 besar klasemen akhir perolehan medali. Namun, Indonesia justru tercecer di peringkat ke-17 dengan hanya mampu meraih empat medali emas, lima medali perak, dan 11 medali perunggu.

Jika dibanding dengan negara-negara kontestan asal Asia Tenggara, catatan Indonesia ini jauh dibawah Thailand, Singapura, dan Malaysia. Thailand mampu merangsek dengan torehan 12 medali emas, tujuh medali perak, dan 28 medali perunggu serta bertengger di peringkat keenam klasemen akhir perolehan medali. Sementara negeri jiran, Malaysia, berhasil mengumpulkan lima medali emas, 14 medali perak, dan 14 medali perunggu.

Belum lagi dengan persebaran medali emas yang diraih kontingen Indonesia. Dari 23 cabang olah raga yang diikuti, hanya tiga cabang yang mampu menyumbang emas, termasuk medali emas yang diberikan kepada atlet Indonesia, Juwita Niza Wasni, usai atlet Malaysia terbukti menggunakan doping.

Cabang andalan Indonesia, Bulutangkis, memang masih mampu memenuhi target raihan dua medali emas, lewat ganda putri dan ganda putra.

Sebenarnya, BUlutangkis berpeluang besar menambah torehan emas jika pasangan ganda campuran terbaik Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tidak menyerah di tangah pasangan ganda campuran Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Sementara kejutan terbesar datang dari cabang atletik. Keberhasilan Maria Londa meraih emas dari nomor lompat jauh putri memang tidak diperkirakan sebelumnya.

''Setidaknya hasil di Asian Games kali ini masih bisa menyamai prestasi kami di Asian Games Guangzhou Tiongkok, empat tahun lalu,'' ujar Chief De Mission (CDM) Kontingen Indonesia, Ade Lukman, kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Masa persiapan menuju Asian Games ke-17 dianggap sebagai salah satu biang keladi kegagalan kontingen Indonesia di Incheon. Berbagai keluhan soal telatnya fasilitas latihan, belum turunnya dana pemukiman atlet, hingga minimnya kesempatan //try out// ke luar negeri memang sempat mewarnai kesiapan kontingen Indonesia sebelum bertolak ke Incheon.

Kondisi-kondisi ini berakibat kegagalan sejumlah proyeksi medali emas di Asian Games ke-17. Cabang-cabang yang diproyeksikan meraih emas di Asian Games ke-17, seperti Boling, Angkat Besi, Rowing, Balap Sepeda, Soft Tenis, dan Voli Pantai, justru gagal memenuhi harapan tersebut.

Keluhan-keluhan itu pun akhirnya begitu sering terdengar di sepanjang gelaran Asian Games ke-17. Manajer tim Rowing Indonesia, Hari Sidharta, mengakui dukungan dari pemerintah selalu datang terlambat. ''Bagaimana kami bisa berlatih dengan maksimal, kalau perlengkapan latihan baru datang dua hari sebelum keberangkatan. Itu baru perlengkapan latihan, gimana perlengkapan pertandingan,'' kata Hari kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

Stadion utama Gelora Bung Karno memang segera direnovasi jelang kedatangan tim inspeksi dari Komite Olimpiade Asia (OCA) pada 2016 mendatang. Rencananya berbagai renovasi sejumlah sarana olah raga bakal segera dilakukan oleh pemerintah lewat arahan Kementerian Sekretariat Negara selaku lembaga yang mengepalai Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK).

Akhirnya semua rencana perbaikan infrastuktrur itu bisa berjalan beriringan dengan pembenahan dalam pola pembinaan atlet-atlet Indonesia. Sehingga, Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah yang hanya menjadi penonton, tapi juga ikut dalam persaingan langsung dengan negara-negara kontestasn yang lain dan setidaknya bisa tampil lebih baik dibanding negara dari kawasan Asia Tenggara lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement