Senin 27 Aug 2018 09:23 WIB

Hening Paradigma, Penyumbang Emas yang Juga Pengusaha Cireng

Hening lebih memilih mengembangkan usaha cireng miliknya ketimbang tawaran PNS

Atlet paralayang putra Indonesia Hening Paradigma, selesai melakukan pendaratan pada babak keenam nomor ketepatan mendarat, Asian Games 2018 di cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/8).
Foto: INASGOC/Tagor Siagian
Atlet paralayang putra Indonesia Hening Paradigma, selesai melakukan pendaratan pada babak keenam nomor ketepatan mendarat, Asian Games 2018 di cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Hening Paradigma adalah salah satu atlet penyumbang medali emas di ajang Asian Games 2018. Ia menyumbangkan medali dari cabang olahraga paralayang nomor ketepatan mendarat beregu putra.

Jika tawaran menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang disiapkan pemerintah bagi atlet peraih emas dirasa menggiurkan, namun Hening mengaku lebih menjadi wirausaha. Ia lebih memilih mengembangkan usaha makanan ringan cireng miliknya.

"Sudah jalan hampir dua tahun, bisnis bersama teman," kata Hening saat dijumpai di arena paralayang, Gunung Mas, Puncak, Bogor.

Memproduksi dan menjual cireng merupakan aktivitas sehari-hari di luar kegiatan keatletan yang ditekuni Hening yang akrab disapa Digma ini.  Pria asal Semarang ini, pertama kali mengenal usaha cireng, saat mengikuti kejuaraan di Sumedang,Jabawa Barat. Saat itu, pemilik kontrakan yang ditempatinya punya usaha cireng.

"Aku melihat cireng ini produknya unik, padahal sesuatu yang unik itu permintaannya tinggi dan kita bisa mahalin harganya," kata lulusan Teknik Industri, Trisakti ini.

Usaha cireng milik Hening terus berkembang. Pemasarannya kebanyakan di seputar Sumedang dan Bandung. Rencananya akan coba pasarkan ke Bogor. Tetapi perluasan pasar ke Bogor masih terkendala jarak, sehingga memerlukan tahapan untuk merambah pasar Bogor.

Sehari-hari cireng Margarasa diproduksi sebanyak 100 kg, dijual dalam ukuran bal ke grosir dengan berat tiga kilogram per bal. Dari grosir dijual lagi kepada retailer.

Selama hampir dua tahun mengembangkan Cireng Margarasa, Hening sudah memperkerjakan 15 orang pekerja. Usaha yang dirintisnya bersama teman dengan investasi Rp 20 juta dari hasil menang kejuaraan.

"Investasi paling besar itu untuk mesin, kalau bahan baku tersedia banyak di Sumedang, banyak yang produksi aci," kata pemegang peringkat dunia kesembilan untuk ketepatan mendarat.

Ketertarikannya mengembangkan usaha cireng, selain karena hobi makan, latar belakang pendidikannya di bidang teknik industri membuat Hening tertarik memproduksi makanan lokal tersebut secara massal.

Menurut Hening, walau pendapatan dari atlet lebih besar dari pada usaha cireng, ia tetap akan menekuni usaha tersebut, yang penghasilannya mencukupi ketika sedang tidak mengikuti kejuaraan.

Hening juga berusaha mengembangkan usaha di bidang kuliner lainnya. Saat ini dirinya juga sedang merintis usaha brownies meleleh yang dijual secara kaki lima menggunakan gerobak. Usaha ini sudah mulai jalan di dekat rumahnya di daerah Mulyaharya, Bogor Selatan, Kota Bogor.

"Jadi brownies meleleh itu, 'fresh di oven' begitu beli, dimasak dan langsung makan di tempat, makanya meleleh," kata Hening.

Hening belum tertarik untuk mengembangkan usaha kulinernya di tingkat restoran atau kafe, melainkan memilih dengan konsep jajanan kali lima.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement