Kamis 16 Aug 2018 06:00 WIB

Hindari Gawai, Defia Rosmaniar Pilih Menulis

Di sela-sela berlatih dan bertanding pun, Defia berusaha tetap menulis.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Defia Rosmaniar
Foto: REPUBLIKA/Darmawan
Defia Rosmaniar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gawai sangat lekat dengan kehidupan saat ini, khususnya bagi generasi milineal. Nyaris tak ada yang bisa lepas dari gawai sepanjang hari. Mulai dari sekadar berkirim dan membaca pesan, mengakses media sosial, hingga berselancar di dunia maya.

Namun Defia Rosmaniar berbeda. Atlet taekwondo Indonesia ini lebih memilih menulis untuk mengurangi kebersamaannya dengan gawai. Di sela-sela berlatih dan bertanding pun, Defia berusaha tetap menulis. Ia tak pernah memikirkan hasil tulisannya baik atau buruk, karena tak bertujuan untuk menerbitkan tulisan-tulisan tersebut.

“Saya menulis karena saya pikir hal itu lebih bermanfaat dari bermain gawai,” ujarnya.

Defia memang unik. Saat taekwondoin lainnya sudah mencintai cabang olahraga asal Korea Selatan itu sejak pertama kali menggelutinya, Defia justru tidak. Ia mengaku agak malas-malasan waktu pertama kali berlatih taekwondo. 

"Tapi karena terus menerus dijalani, lama-lama saya menyukainya juga,” kata Defia.

Atlet kelahiran Bogor, 25 Mei 1995 ini pertama kali mengenal taekwondo saat masih duduk di bangku SMP. Ia dikenalkan oleh kakak sepupunya yang juga bermain taekwondo. Saat ini, kata Defia, sepupunya itu menjadi pelatih taekwondo DKI Jakarta.

Kakak sepupu yang mengenalkan Defia pada taekwondo tidak sempat berkarier hingga mewakili Indonesia di ajang internasional. Namun, ia menjadi sosok penting karena telah mengantarkan Defia menjadi salah satu skuat taekwondoin Indonesia untuk Asian Games 2018.

Defia dipercaya mampu membawa pulang medali dalam Asian Games 2018. Ia akan tampil pada Ahad (19/8) di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC). Kepercayaan itu muncul setelah ia secara mengejutkan berhasil mengalahkan Korea Selatan yang disebut-sebut raja taekwondo dunia, di nomor tunggal poomsae putri Kejuaraan Asia pada 24-28 Mei 2018, di Ho Chi Minh, Vietnam.

Kunci keberhasilan Defia saat itu adalah berhasil mengatasi demam panggung. Ia mampu menciptakan gerakan poomsae sempurna, sehingga mendapat nilai positif dari juri.

Meski demikian, atlet yang mengidolakan taekwondoin Korsel, Kang Su-ji ini tak jemawa. Ia tetap menganggap taekwondoin Korsel sebagai lawan terberat karena memiliki beberapa kelebihan. 

“Misalnya, mereka sudah benar-benar menguasai teknik dasar dalam gerakan new poomsae. Semua negara baru belajar new poomsae saat ini, sementara Korsel sudah belajar lebih dulu,” tuturnya.

Dengan anggapan itu, Defia dan seluruh tim taekwondo Indonesia untuk Asian Games 2018 menggelar pemusatan latihan di Korsel sejak Maret-Agustus 2018. Dari semua taekwondoin yang berangkat ke Korsel, poomsae perorangan putri latihan terpisah yaitu di Kota Daegu.

“Saya tinggal mengeluarkan semua hasil yang telah dipelajari di Korsel. Semoga saya kembali bisa mengatasi demam panggung,” ujar mahasiswi semester lima, Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement