JAKARTA-- Kesenian tradisional semakin banyak tertinggal, ditandai dengan stagnasi dan ditinggalkan masyarakat pendukungnya. Hal itu dibenarkan oleh Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Tjetjep Suparman saat membuka "Festival Nasional Kesenian Musik Tradisi Anak-anak 2009" yang berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis (2/7).
"Hal itu akibat adanya pergeseran nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, sehingga kesenian tradisional menjadi kehilangan makna baik sebagai hiburan, religi maupun fungsi sosialnya," kata Tjetjep. Dia mengharapkan, melalui festival tersebut berupaya mendorong minat anak-anak agar lebih mengenal, memahami dan menghargai seni musik tradisional.
Selain itu, festival juga diharapkan memacu kreativitas seniman khususnya dalam menciptakan komposisi musik untuk anak-anak, serta mengembangkan pemetaan seni musik tradisional di daerah-daerah sehingga memperluas kekayaan budaya bangsa. "Festival ini untuk mengimbangi kecenderungan generasi muda yang semakin akrab dengan berbagai kesenian populer yang lebih melekat pada budaya asing," ucapnya.
Tjetjep menekankan, perlu dilakukan upaya untuk memberikan pemahaman dan apresiasi agar mereka tidak semakin terasing dengan kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di daerahnya. "Kegiatan pendukung festival yang diikuti dari 33 provinsi di Indonesia tersebut adalah sarasehan dan pameran," ujarnya.
Acara saresehan itu sebagai bentuk evaluasi dari tim pengamat terhadap pementasan dari peserta bersangkutan. Sedangkan materi pameran yang ditampilkan antara lain buku-buku terkait seni budaya serta sejumlah alam musik tradisional di tanah air. Festival berlangsung lima hari 1-5 Juli 2009 dan diikuti anak-anak usia 7-12 tahun dari grup yang ditunjuk oleh pemerintah provinsi setempat. (ant/rin)