Jumat 18 Mar 2011 08:08 WIB

Tahun 2011 Permintaan Motor Masih Tinggi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Permintaan sepeda motor di dalam negeri diperkirakan terus meningkat, seiring dengan membaiknya perekonomian nasional dan suku bunga kredit yang stabil, serta rencana pemerintah membatasi pemakaian bahan bakar minyak bersubsidi.

"Kalau saya lihat pasar (sepeda motor) akan tetap naik," kata Eksekutif Wakil Presdir PT Astra Honda Motor (AHM) Johannes Loman, di Jakarta, Kamis. AHM merupakan pemimpin pasar sepeda motor di dalam negeri dengan penguasaan pasar di atas 50 persen dari total pasar nasional pada Januari-Pebruari yang mencapai hampir 1,3 juta unit.

Johannes Loman menjelaskan pasar sepeda motor sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah penduduk, tingkat pendapatan, infrastruktur, tingkat suku bunga, dan kondisi ekonomi.

"Kondisi ekonomi nasional membaik dan suku bunga juga bagus, mengingat sekitar 76 persen pembelian sepeda motor menggunakan kredit," katanya. Ia juga menilai kebutuhan masyarakat Indonesia pada transportasi yang irit dan efisien masih tinggi.

Johannes Loman memperkirakan pada tahun ini pasar sepeda motor di Indonesia akan menembus angka 8,2 juta unit atau naik sekitar 12,3 persen dibandingkan tahun 2010 yang mencapai angka sekitar 7,3 juta unit.

Ia mengaku rencana pemerintah membatasi pemakaian BBM bersubsidi untuk kendaraan roda empat hanya akan berpengaruh kecil pada kenaikan permintaan sepeda motor. "Perbandingan pasar sepeda motor dan mobil di Indonesia sangat jauh. Jadi tidak signifikan (pengaruh pembatasan BBM bersubsidi pada penjualan sepeda motor," ujarnya.

Tahun lalu penjualan mobil secara nasional menembus angka di atas 700 ribu unit atau sekitar 10 persen dari pasar sepeda motor pada tahun yang sama.

Ia mengatakan penjualan sepeda motor masih didominasi konsumen di Jawa dan Bali yaitu sekitar 62 persen dari total penjualan secara nasional. Sedangkan sisanya di luar kedua pulau tersebut.

"Permintaan sepeda motor di luar Jawa dan Bali akan lebih meningkat tahun ini seiring dengan naiknya harga komoditas (pertanian dan perkebunan)." Kata Johannes Loman.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement