Jumat 04 Mar 2011 18:50 WIB

Krisis Timur Tengah Ancam Penjualan Sukuk Global

Rep: yogie respati/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,DUBAI--Krisis Timur Tengah yang masih bergolak saat ini dikhawatirkan mengancam penjualan sukuk di tahun ini. Padahal sebelumnya penerbitan sukuk diperkirakan semakin membaik pada 2011 setelah penjualan sukuk anjlok pada 2008.

Head of fixed-income investment Bank Muamalat Malaysia, Azdini Nor Azman, mengatakan orang-orang saat ini sedang menjauh dari pasar sukuk Timur Tengah. “Saya pikir situasi di sana juga belum akan cepat pulih,” katanya dikutip laman Bloomberg, Jumat (4/3).

Sementara, Director of debt capital markets HSBC Amanah, Mohamed Dawood, mengatakan penjualan sukuk akan terkena dampak dari krisis Timur Tengah. “Jika kekacauan politik segera reda, kami berharap dapat melebihi tingkat penjualan tahun lalu,” tandasnya.

CEO Citi Islamic Investment Bank yang berbasis di Dubai, Samad Sirohey, mengatakan beberapa perusahaan kemungkinan masih akan tetap pada rencananya untuk menerbitkan sukuk, sedangkan sisanya masih akan wait and see. "Sekarang tinggal melihat berapa lama situasi politik itu berlangsung, dan apakah emiten akan tertarik masuk ke pasar selama volatilitas tersebut," kata Sirohey.

Ia menambahkan, jumlah pembiayaan tahun lalu di wilayah Teluk yang berjumlah cukup besar  membuat penjualan sukuk di wilayah tersebut melambat di tahun ini. Di tahun ini perusahaan di GCC menjual sukuk 197 juta dolar AS, menurun dari periode sama tahun lalu yang sebesar 450 juta dolar AS.

Penurunan jumlah penerbitan sukuk di wilayah Teluk mulai terlihat. CEO Albaraka Banking Group, Adnan Ahmed Yousif, mengatakan pihaknya mengurangi penawaran sukuk di bulan ini. “Sebelumnya direncanakan penjualan sukuk 500 juta dolar AS lalu menjadi 250 juta sampai 300 juta dolar AS,” ujarnya.

Di lain pihak, ketegangan yang meningkat di Timur Tengah menambah kekhawatiran harga minyak akan semakin meningkat dan mempengaruhi pasokan dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Chief Executive Officer CIMB Islamic, Badlisyah Abdul Gani mengatakan biaya bahan bakar yang meningkat dapat mendorong inflasi. “Permintaan terhadap sukuk juga akan terkena dampaknya,” kata Badlisyah.

Kendati demikian, ia tetap optimis penjualan sukuk di tahun ini akan melebihi penerbitan pada 2007. “Terlepas dari kapan dan bagaimana kerusuhan di Timur Tengah berakhir, pasar sukuk pada 2011 akan lebih baik dari 2010," kata Badlisyah. Hal tersebut disebabkan permintaan sukuk yang masih cukup besar di Malaysia dan Indonesia.

Berdasar data Bloomberg, dalam dua bulan pertama di 2011 penjualan sukuk global mencapai 2,8 miliar dolar AS, meningkat pesat dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar 676 juta dolar AS. Total penerbitan sukuk tahun lalu turun 15 persen menjadi 17,1 miliar dolar AS. Pada 2007 penerbitan sukuk global mencapai 31 miliar dolar AS, lalu anjlok menjadi 14,1 miliar dolar AS pada 2008. Pada 2009 penerbitan sukuk kembali kinclong dengan catatan 20,2 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement