Rabu 02 Mar 2011 15:56 WIB

Anak Demam? Mungkin tak Selalu Perlu 'Ditangani'

Demam pada Anak (Ilustrasi)
Foto: THE-PARENTING-MAGAZINE.COM
Demam pada Anak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Salah satu hal yang membuat orang tua langsung cemas dan takut adalah ketika temperatur anak tiba-tiba meningkat cepat. Tanpa menunggu lama, para orang tua pasti cenderung membawa buah hati mreka ke rumah sakit.

Namun, menurut laporan studi dari Akademi Pediatrik Amerika (AAP) justru menyarankan agar orang tua tak bertindak terlalu cepat. Mereka mengingatkan bahwa demam adalah mekanisme alami tubuh melawan penyakit dan menurunkan demam bisa membuat masa sakit jadi lebih lama. AAP merekomendasikan, orang tua dianjurkan melakukan perawatan khusus jika demam mulai membuat anak mereka merasa tidak nyaman.

"Demam adalah salah satu alasan paling umum yang membuat orang tua membawa mereka ke rumah sakit. Orang tua memang memiliki keprihatinan tinggi, selain itu ada banyak mitos buruk yang mungkin ditimbulkan akibat demam," ujar penulis utama laporan, Dr. Janice Sullivan, guru besar dari klinik pediatrik dan farmakologi dari University of Louisville School of Medicine di Kentucky.

"Kadang orang tua berpikir bila mereka menurunkan demam anak, maka si buah hati akan cepat lebih baik, tapi demam adalah tanda penyakit dan itu adalah cara tubuh untuk memperlambat kerja kuman demi mengusir mereka. Demam adalah salah satu pemicu untuk memproduksi lebih banyak sel darah putih. Jika anda membuat demam turun, maka anak anda bisa jadi tak membuat cukup banyak sel darah putih yang diperlukan untuk melawan infeksi," paparnya.

"Keluarga perlu mengingat bahwa ketika seorang anak mengalami demam, itu adalah gejala, bukan masalah utama. Demam bisa jadi bermanfaat, jadi orang tua perlu melihat dengan seksama apa yang menyebabkan demam, bukan demam itu sendiri," saran Sullivan.

Masih menurut laporan AAP, yang dipubliksikan pada Pediatrik bulan Maret menyarankan alih-alih berkutat pada termometer, orang tua lebih baik memperhatikan perilaku anak untuk memutuskan apakah seharusnya memberi obat penurun demam atau tidak.

"Jika anak anda makan dan minum dengan baik dan masih  melakukan beberapa aktivitas--meski tak seaktif di kala normal--dan si bocah terlihat sedikit nyaman, mengapa anda harus menghilangkan mekanisme pertahanan alami tubuhnya? ujar pakar pediatrik, Basil Zitelli,  di Rumah Sakit Anak, Pittsburgh.

Namun, begitu si kecil terlihat lesu dan secara umum tak nyaman, maka obat pengurang rasa nyeri dan demam, seperti acetaminofen atau ibuprofen, mungkin bisa digunakan. Tapi, imbuh AAP, tetap berikan obaat sesuai dengan petunjuk dan dosis yang tertera pada kemasan atau konsultasikan dengan dokter sesuai dengan usia dan berat badan si anak.

APP memperingatkan betul kehati-hatian dalam pemberian obat, sebab sangat berisiko dan bisa mengancam nyawa. Pasalnya dalam riset sebelumnya sekitar setengah dari orang tua terbukti tidak memberi dosis tepat kepada anak mereka.

Sullivan juga menekankan agar orang tua tidak memberi obat anti demam orang dewasa kepada anak, bahkan meski tablet tersebut dibagi atau dipecah lebih kecil demi mendapat dosis tepat. "Penting untuk menggunakan obat khusus bagi anak dan sesuai dengan dosis atau alat takar yang disediakan," ujar Sullivan.

AAP juga mengingatkan orang tua agar tidak memberi aspirin karena identik dengan potensi risiko mengancam nyawa, yakni kondisi yang disebut sindrom Reye. AAP juga tak merekomendasikan melakukan kompres dengan alkohol karena terlalu banyak alkohol yang bisa diserap kulit. Secara umum, laporan AAP menyatakan orang tua harus waspada dan mengontak dokter bila terjadi hal berikut.

    * Bayi di bawah 3 bulan mengalami demam 38 derajat Celsius atau lebih

    * Bayi antara 3 hingga 6 bulan dengan demam 39 derajat Celsius atau lebih

    * Anak berusia lebih tua dari 6 bulan dengan demam 39,5 derajat Celsius atau lebih

    * Anak kecil dengan demam disertai letih, lesu, sakit kepala, ruam kulit, kesulitan bernafas atau dehidrasi.

sumber : HealthDay
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement