Rabu 16 Feb 2011 16:44 WIB

Tokoh Agama Diminta Jangan Ikut Panaskan Situasi

Guru Besar Universitas Airlangga Kacung Marijan
Guru Besar Universitas Airlangga Kacung Marijan

REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP - Pengamat sosial politik dari Universitas Airlangga Surabaya, Kacung Marijan meminta para tokoh agama jangan ikut memanaskan situasi pascaterjadinya kasus kekerasan berdalih agama di sejumlah daerah. "Jangan ikut memanaskan situasi dengan mengeluarkan pernyataan yang menyalahkan kelompok tertentu dalam kasus kekerasan berdalih agama. Sebaiknya tokoh agama turun ke bawah untuk melakukan pendampingan kepada warga yang berkonflik supaya nantinya ada dialog," katanya di Sumenep, Rabu (16/2).

Hal itu dikatakan Kacung Marijan usai menjadi narasumber dalam kegiatan bedah program kerja 99 hari Bupati-Wakil Bupati Sumenep di Pendapa Agung setempat, ketika dimintai komentar terkait terjadinya kasus kekerasan berdalih agama di Banten, Temanggung, maupun Pasuruan. "Saat ini, situasi kebatinan warga Indonesia pada umumnya memang agak panas. Oleh karena itu, tokoh agama apa pun harus lebih banyak memposisikan diri untuk membuat situasi damai," ujarnya menambahkan.

Kalau ada sesuatu yang berpotensi konflik di kalangan warga, apalagi terkait dengan agama, kata dia, tokoh agama seharusnya langsung turun ke lapangan untuk mengkondisikan adanya dialog. "Hanya dengan dialog, konflik yang terkait agama bisa dicarikan jalan keluarnya. Sementara tindakan kekerasan tidak akan pernah bisa menyelesaikan persoalan dan justru menambah persoalan," paparnya menegaskan.

   

Kacung yang Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini mengatakan, setiap tokoh agama pasti memiliki ikatan emosional dan kedekatan dengan warga di wilayahnya. "Kami yakin jika para tokoh agama bisa mengambil peran sebagai pendamai di kalangan warga dan itu sebenarnya kewajiban moral, tidak akan ada kekerasan berdalih agama," paparnya.

   

Ia juga mengemukakan, tokoh agama punya peran signifikan dalam mencegah sekaligus mendeteksi dini terjadinya konflik yang terkait agama. "Secara emosional, warga itu lebih dekat dengan tokoh agama dibanding aparatur pemerintah. Artinya, kalau ada sesuatu yang sensitif terkait agama, biasanya tokoh agama yang diberitahu lebih dulu oleh warga. Dalam konteks ini, para tokoh agama harus mengedepankan penyelesaian secara damai," kata Kacung menuturkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement