Rabu 09 Feb 2011 13:22 WIB

Penurunan Muka Tanah, Dua Jembatan di Jakarta Utara Ambles

Rep: Esthi Maharani/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,BALAI KOTA--Sebanyak dua jembatan di Jakarta Utara ambles. Yakni jembatan Pluit Utara dan jembatan Muara Angke. Penyebabnya diduga terjadi penurunan muka tanah atau land subsiden di kawasan tersebut. “Permukaan jembatan pun sudah hampir sama tingginya dengan permukaan air,” kata Kepala Bidang Jembatan Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta, Novizal pada Rabu, (9/2).

Ia menampik jika penurunan ini disebabkan struktur jembatan yang salah. Sebab, jika hal tersebut terjadi, berarti ada kegagalan struktur. Menurutnya, yang mengalami penurunan bukan hanya jembatan, tetapi juga tanahnya. Seharusnya tiang pancang didudukan di tanah yang keras. “Sampai saat ini, saya baru mendapati dua jembatan itu yang ambles,” katanya.

Terlebih lagi, lanjutnya, penurunan muka tanah di Jakarta terutama Jakarta Utara tidak bisa dicegah. Hanya saja, ia tak bisa memastikan sejak kapan dan berapa meter penurunan itu terjadi pada kedua jembatan tersebut.

Pihaknya mengaku sudah melakukan perbaikan secara bertahap. Sejak 2010, usaha perbaikan dan peninggian untuk jembatan Muara Angke sudah dimulai. Tepatnya di jalan menuju komplek perikanan ke Muara Angke. Sedangkan untuk perbaikan dan peninggian jembatan Pluit utara baru dilakukan tahun ini. “Baru akan ditenderkan tahun ini dan dituntaskan tahun ini pula,” katanya.

Rencananya, peninggian itu akan dilakukan hingga 2 meter. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk peninggian jembatan Pluit utara mencapai Rp15 miliar, sedangkan jembatan Muara Angke mencapai Rp4 miliar.

Menurutnya, perbaikan dan peninggian ini masih belum mendesak untuk dilakukan. “Dalam 2-3 tahun ke depan dua jembatan itu masih bisa digunakan,” katanya. Novizal mengatakan Dinas PU selalu memiliki dana untuk perbaikan jembatan setiap tahunnya. Hanya saja ia pun tak mengetahui secara pasti total dana perbaikan jembatan untuk tahun 2011.

Sebelumnya, peneliti ITB yang juga tim peneliti Konsorsium Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS), Heri Andreas justru mengatakan ada tujuh jembatan di Jakarta ambles secara perlahan. Penyebabnya struktur jembatan mulai turun seiring dengan penurunan permukaan tanah.

Ketujuh jembatan itu adalah jembatan Kamal Muara, Mangga Dua, Ancol, Pluit, pantai Mutiara, Gunung Sahari, dan Mangga Besar. "Secara kasat mata kalau dulu airnya melewati kolong jembatan, sekarang airnya sudah menyentuh jembatan," ujarnya.

Menurutnya, penurunan tanah paling parah berada di daerah Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Diperkirakan penurunan tersebut sudah terjadi sejak 1974. Penurunan muka tanah di Jakarta mencapai 4,1 meter. Diprediksi, pada 2030 tanah ibukota akan mengalami penurunan hingga 6,6 meter.

Heri mengatakan ada lima penyebab penurunan permukaan tanah, yaitu penyedotan air tanah dalam, proses alami, efek tekanan bangunan, tenaga tektonik, dan perubahan tanah yang disengaja oleh manusia. “Faktor dominan penurunan tanah di Jakarta adalah penyedotan air tanah,” katanya.

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo mengatakan ekstraksi air tanah di Jakarta sudah dilakukan bertahun-tahun. Ia menilai untuk mengurangi hal ini perlu disediakan suplay air yang cukup. Caranya dengan membuat penjernihan air di Jatiluhur yang diperkirakan 2-3 tahun ke depan sudah bisa berfungsi.

Sedangkan untuk membatasi penggunaan air tanah, lanjutnya, satu-satunya jalan yang ditempuh adalah membatasi penggunaan air tanah. “Yakni Perda yang diperketat dan sanksi yang harus lebih berat dari sebelumnya,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement