Jumat 26 Nov 2010 08:09 WIB

Pemprov DIY Diimbau Hapus Pajak Tontonan

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA-Pembebasan pajak tontonan di daerah bencana Merapi dinilai bakal mempercepat pencitraan positif Yogyakarta sebagai kota wisata.

“Mestinya bersama Dewan Perwakilan Daerah, pemerintah membebaskan pajak tontonan, karena denyut nadi perekonomian, tontonan menjadi ukurannya,” kata Ketua Tim Koordinasi Jogja Tanggap Cepat (JTC) Indro Suseno di di Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi, Kamis (25/11).

Menurutnya, untuk kembali bersama-sama membangun Yogyakarta, sudah selayaknya pemerintah daerah membebaskan berbagai aktivitas yang sifatnya promosi dan branding dalam bentuk iklan layanan masyarakat. Hal tersebut,imbuh Indro, sebagai penyemangat bagi kita semua khususnya para korban bencana.

Bila perlu, kata Indro, pemerintah daerah juga membebaskan segala biaya bagi rekan-rekan media nasional yang datang ke Yogyakarta untuk memberikan informasi yang positif tentang Yogyakarta yang kemudian dapat disiarkan keluar Yogyakarta. “Media nasional bisa bekerjasama menginformasikan yang penting dan positif disiar keluar. Mari kita rangkul untuk menyuarakan hal-hal positif,” katanya.

Untuk membangun kembali citra positif Yogyakarta, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wilayah Yogyakarta, serta PT Telkom Indonesia. Kerjasama ini akan  diwujudkan membentuk website khusus yang berisi segala pariwisata tentang Yogyakarta.

Serta informasi-informasi tentang hotel beserta kamarnya yang dapat dipesan secara online. Upaya ini diharapkan bisa mengatrol sektor pariwisata di Kota Budaya ini. Pasalnya, akibat bencana alam yang terjadi di Yogyakarta, jumlah pengunjung kota Yogyakarta mengalami penurunan. Tidak hanya itu salah satu dampaknya adalah penurunan jumlah mahasiswa dan jumlah perguruan tinggi swasta (PTS).

Ketua STIE YKPN Dodi Hapsoro yang juga pengurus asosiasi perguruan tinggi swasta mengungkapkan, sejak tahun 2006 pasca bencana gempa bumi, jumlah mahasiswa dan PTS mengalami penurunan meskipun tidak sampai 5 persen per tahunnya.

“Kalau tidak kita sikapi dengan upaya membangun informasi yang positif saya khawatir Jogja situasinya akan buruk. Kita harus bangun bahwa Jogja aman untuk belajar,” ujarnya.

Mulai tahun depan, jumlahnya diharapkan bisa meningkat setelah dibangun melalui pencitraan positif dimana tidak ada kekhawatiran bahwa kuliah di Jogja itu bukanlah sesuatu yang menakutkan. Ia mengungkapkan, sejak tahun 2006 dari 128 PTS jumlahnya menyusut menjadi 123 karena tutup. Sedangkan untuk jumlah mahasiswa jumlahnya pun ikut menurun dari 150-000 menjadi 145.000. “Terjadi penurunan 1.000 mahasiswa pertahun,” katanya

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement