Jumat 19 Nov 2010 04:49 WIB

Relokasi Hunian Sementara Korban Merapi Belum Pertimbangkan Faktor Bahaya

Rep: wul/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Rencana pembangunan hunian sementara (huntara) belum memperhitungkan faktor bahaya bagi warga di lereng Merapi. Pasalnya,peta vulkanologis belum dirilis. "Belum memperhitungkan faktor bahaya karena peta vulkanologi belum keluar," papar Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) B Wisnu Wijaya, saat meninjau bakal relokasi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,Kamis (18/11).

Tapi, Wisnu memastikan keamanan relokasi melihat titik-titik di daerah garis merah atau yang berada di radius 10-20 kilometer dari puncak Merapi. Walau rumah-rumah di radius tersebut tak rusak,ujarnya,daerah garis merah juga disiapkan. Maka,BNPB pun mempersiapkan huntara minimal dalam radius 9,3-11,5 kilometer dari puncak. Dari survei persiapan lahan relokasi di Sleman,BNPB menggandeng Dinas Pekerjaan Umum,Perumahan,dan Mineral.

Sebagai langkah awal, enam dusun di Kecamatan Cangkringan dan Ngemplak bakal dijadikan lahan relokasi. Diantaranya Banjarsari (Glagaharjo),Kuwang (Argomulyo), Pagerjurang (Kepuharjo),Gondang (Wukirsari), Plosokerep (Umbulharjo),dan Plumbon (Sindumartani). Jumlah kepala keluarga yang ditampung sebanyak 2427 orang. Luas tanah yang dipersiapkan total 35,5 hektar. "Dari data rencana ini,sebagai awal transisi atau daerah sementara. Jadi, huntara dibangun sebelum rehab rekonstruksi," papar Wisnu.

Lebih lanjut,prosesnya sama seperti penanganan bencana di Wasior (Papua) dan Mentawai (Padang). Nantinya, bahan huntara dari bambu akan dirakit di daerah aman sembari menunggu status siaga. Pola pemindahan warganya dengan bedol desa,atau warga dalam satu desa dipindahkan bersamaan dalam satu lokasi pula. BNPB memperkirakan pembangunan satu rumah membutuhkan Rp 6-7 juta.

Sementara itu,Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral DIY Rani Sjamsinarsi menjelaskan,berbagai pertimbangan pemilihan bakal lokasi tersebut. Yakni letak dengan daerah aliran sungai,ketersediaan air bersih,akses jalan,pemanfaatan,dan kondisi lahan. Seperti kawasan Glagaharjo yang terletak di aliran Kali Gendol. "Kita tak memaksakan disini,seperti pula Gondang yang tak produktif," papar Rani.

Ia juga menjelaskan alasan pemilihan bahan semi permanen bambu untuk huntara. Meski diragukan ketahanannya,imbuh Rani,bambu mudah dijumpai di sekitar lokasi bencana.

Camat Cangkringan Samsul Bakri yang ikut mensurvei lokasi menambahkan,pihaknya masih mempertimbangkan berbagai hal,termasuk kesiapan warga direlokasi."Semua masih diidentifikasi. Harus sepaket antara tempat tinggal dan infrastruktur penunjang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement