Sabtu 06 Nov 2010 03:24 WIB

Tiga Posko Pengungsian di Klaten Dikosongkan

Rep: Nuraini/ Red: Endro Yuwanto
Abu vulkanik letusan Gunung Merapi
Foto: Antara
Abu vulkanik letusan Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID,  KLATEN--Tiga posko pengungsian yang dirikan sejak Selasa (26/10) yakni di Desa Bawukan, Dompol, dan Keputran telah dikosongkan. Pengungsi yang semula berada di tiga lokasi tersebut telah dipindah ke sejumlah titik lokasi pengungsian baru.

Pengungsi dari Desa Keputran dipindahkan ke Gedung Depo Pendidikan Latihan Tempur (Dodiklatpur) TNI Klaten. Sementara pengungsi dari Desa Bawukan dan Dompol dipindahkan ke sejumlah tempat seperti Gedung Pemkab, DPRD, GOR Gelar Sena, dan GOR SMA 3 Klaten.

Evakuasi warga di Desa Keputran dilakukan Jumat (5/11), sekitar pukul 15.00 WIB. Kala itu, suara gemuruh Gunung Merapi terus terdengar dari tempat tersebut. “Kami tidak mau kecolongan lagi. Pengungsi lebih baik dipindahkan,“ ujar Camat Kemalang, Suradi, Jumat (5/11).

Evakuasi dilakukan dengan kendaraan yang tersedia di lokasi pengungsian tersebut. Sementara, tenda masih dibiarkan berada di tempat semula. “Saya minta kades untuk segera mengkoordinasikan setia warganya yang ingin mengungsi,“ imbuh Suradi.

Sementara itu, Koordinator posko pengungsian, Joko Rukminto mengatakan, posko Desa Keputran berada di sekitar 22 kilometer dari puncak. Namun, bukan berarti kawasan tersebut termasuk aman. “Memang berada di sekitar 22 kilometer, tapi ini ada faktor angin. Meski 20 atau 30 kilometer kalau angin mengarah ke sini, tetap bahaya, “ ujarnya.

Pengungsi sendiri, kata Joko, mengunjungi lokasi pengungsian secara sporadis. Hal ini membuat jumlah pengungsi belum bisa dipastikan. “Kami masih terus lakukan pendataan, “ ujarnya.

Joko menambahkan, warga yang ingin mengungsi diharapkan melapor ke pejabat setempat. Hal ini agar pengungsian dapat dikoordinasikan. ''Kalau mau pindah dan melapor akan kami fasilitasi, “ jelasnya.

Terpisah, Bupati Klaten, Sunarna, mengaku pihaknya akan mencukupi kebutuhan semua pengungsi, termasuk yang paling mendesak yakni makanan. Dia mengaku telah memesan 15 ribu nasi bungkus untuk kebutuhan pengungsi. Hal ini mengingat dapur umum di lokasi pengungsian baru belum siap. “Banyak lokasi pengungsian baru, kami masih harus mendata pengungsi untuk tahu kebutuhan di masing-masing tempat,“ tegasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement