Kamis 04 Nov 2010 10:27 WIB

Kisah Sang Pendongeng di Tanah Bencana

Red: irf
Iman, sang pendongeng
Foto: dompet dhuafa
Iman, sang pendongeng

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Suaranya renyah dan sangat riang. Lelaki lulusan sebuah perguruan tinggi bidang seni teater di 'Kota Gudeg' ini memiliki profesi unik, pendongeng anak-anak. “Kalau tidak mendongeng, gatal rasanya,” ucapnya terkekeh.

Rumahnya di bilangan Jatiasih juga didesain untuk latar mendongeng. Tidak ada tembok yang tidak dilukisi, baik dengan gambar pohon, hewan, atau kendaraan. Jiwanya, seperti diakuinya, memang didedikasikan untuk anak-anak.

Iman --demikian panggilan akrabnya-- mendongeng untuk anak-anak di daerah bencana. Lho? Iman juga sehari-hari bekerja di Disaster Management Center (DMC) yang memang selalu turun ke daerah bencana, baik di dalam maupun di luar negeri. “SOP (standard operating procedure) kami adalah, maksimal 7 jam setelah bencana terjadi, DMC sudah ada dilokasi dan sudah meng-hire relawan lokal,” ungkapnya.

Iman kini sedang bertugas di kaki Gunung Merapi, Yogyakarta. Beberapa hari lalu (27/10) Iman termasuk dalam kelompok yang menemukan dan mengevakuasi Desa Kinahrejo, di mana juga ditemukan jenazah Mbah Maridjan dalam posisi bersujud yang sangat menggemparkan dunia, karena foto-fotonya dilansir hingga luar negeri.

Selain di kaki Merapi, Iman sebelumnya turut menjadi tokoh sentral dalam berbagai penanganan bencana sejak Tsunami Aceh 2004, Gempa Yogya 2006, banjir bandang di Pakistan, banjir Wasior, letusan Gunung Sinabung, Sumut, dan erupsi Gunung Merapi kemarin ini. Selain memimpin evakuasi, menyuplai logistik, Iman juga mengomandoi Program Trauma Healing (pemulihan luka mental) untuk anak-anak.

“Jangan salah, ketika ada bencana, sebenarnya yang paling riskan menjadi korban adalah anak-anak, baik fisik maupun mental. Secara fisik, dia lemah. Dan, secara mental juga belum sepenuhnya kuat. Maka, kita selalu membuat program trauma healing sebagai 'menu utama' di samping evakuasi dan logistik,” paparnya.

Dan dongeng merupakan salah satu metode dalam trauma healing yang paling ampuh. Setiap ada bencana, Iman dan timnya selain mendirikan posko dan tenda pengungsian, juga mendirikan apa yang disebut Sekolah Ceria. Sekolah Ceria adalah tempat anak-anak bisa bermain dan tetap belajar dengan didampingi oleh para relawan yang terlatih.

“Menyenangkan anak-anak itu banyak berkahnya,” ucapnya sembari mengutip kisah Rasulullah SAW yang juga merupakan orang yang sangat sayang kepada anak-anak. “Jangan biarkan anak-anak ikut terluka di tengah bencana,” pesannya sembari mengakhiri percakapan.

sumber : dompet dhuafa
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement