Kamis 04 Nov 2010 03:36 WIB

Psikolog dan Psikiater akan Disiapkan untuk Atasi Trauma Korban

Seorang anak tertidur pulas di lokasi pengungsian Merapi
Foto: Antara
Seorang anak tertidur pulas di lokasi pengungsian Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Kesehatan akan menyiapkan tenaga psikolog dan psikiater untuk memulihkan trauma yang dialami korban, pasca bencana yang terjadi di tiga provinsi, yakni Provinsi Papua Barat, Sumatra Barat, dan DI Yogyakarta.

Sekjen Kemenkes Ratna Rosita mengatakan, Kemenkes sudah membagi tiga tim untuk mengatasi permasalahan tersebut. Eselon I Kemenkes dalam hal ini, telah ditunjuk sebagai penanggung jawab masing-masing satu orang untuk tiap provinsi. Selain itu,  Eselon II akan melakukan pendampingan di daerah.

     

”Trauma pastilah akan ada, apalagi dengan kehilangan harta benda, keluarga juga saudara secara mendadak, itu akan mengakibatkan trauma yang perlu penyembuhan,” katanya usai peluncuran buku penuntun hidup sehat di Jakarta, Rabu (3/11).

     

Kementrian Kesehatan telah memiliki prosedur tetap guna mengatasi permasalahan ini, sehingga tiap kali terjadi bencana segera dapat ditangani. Sementara, jumlah tenaga psikolog dan psikiater yang dikirimkan akan disesuaikan dengan kebutuhan.

     

Selain itu, pemerintah juga memiliki sentra-sentra penanganan korban trauma pasca bencana, melalui rumah sakit pendidikan yang ada di wilayahnya. Dan petugasnya dapat dimobilisasi dan diberikan muatan-muatan untuk mengatasi kondisi itu. “Ada Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes yang selalu memantau dan berkoordinasi,” katanya.

     

Kepulihan seseorang dari trauma tergantung pada ketahanan fisik dan mentalnya juga tingkatan trauma yang dialami. Pada anak-anak kemungkinan pemulihannya akan lebih cepat, namun pada orang dewasa kadang kala perlu waktu yang lebih lama. Mereka akan ditangani selama satu minggu, setelah itu akan dilakukan konseling, jumlahnya pun akan disesuaikan dengan kebutuhan.

     

"Ada program yang telah tersistem, bahkan pada saat tsunami Aceh hingga kini masih ada program pendampingan, psikolog dan psikiater tidak pernah kosong, tim akan berada di lokasi sampai selesai kebutuhannya, tim juga memiliki panduan/modul untuk mengatasi hal itu,” tegas Ratna.

sumber : kominfo-newsroom
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement