Jumat 22 Oct 2010 03:01 WIB

Merapi Berstatus Waspada, Jalur Pendakian Ditutup

Rep: m asadi/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,MAGELANG – Seiring terus meningkatnya ativitas Gunung Merapi diperbatasan  Jateng-DIY serta dinaikkannya status dari aktif normal menjadi waspada, diminta tidak ada aktifitas pendakian. Bahkan sejak kemarin (21/10) pos pendakian, melalui pos Babadan menuju puncak Merapi ditutup total bagi aktifitas pendakian.

Sebagaiamana pernah diberitakan, sejak Kamis (23/9) Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPK) Yogyakarta menyatakan kenaikan status aktivitas vulkanik Merapi dari aktif normal menjadi waspada. Status aktivitas vulkanik Merapi meliputi aktif normal, waspada, siaga, dan awas.

Ismail, petugas Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, Magelang, mengatakan, sebenarnya sejak status dinaikkan dari aktif normal menjadi waspada, jalur pendakian ditutup dan sekarang penutupan dipertegas lagi.‘’Jika masih ada yang melakukan pendakian, harus koordinasi terlebih dahulu dengan petugas pos pemantau Merapi sehingga bisa mengetahui secara persis kondisinya, sampai sejauhmana tingkat bahayanya jika mereka melakukan pendakian,’’ katanya.

Selama ini, kata Ismail, jalur pendakian ke Gunung Merapi biasanya  lewat Selo, Boyolali, serta Babadan, di wilayah Dukun, Magelang. Berdasarkan hasil pantuan  petugas pos Babadan kemarin, sejak pukul 0.00 sampai 07.00 WIB, terjadi 32 kali guguran lava, 69 kali gempa multi phase, enam kali gempa vulkanik dangkal serta sekali gempa vulkanik dalam. Guguran material vulkanik terdengar dua kali.

Sementara itu, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya erupsi besar, Pemkab Magelang telah menyiapkan sedikitnya 750 armada untuk mengevakuasi warga di daerah rawan, berupa truk dan mobil bak terbuka.’’Namun kami akan mengoptimalkan kendaran besar, terutama truk supaya bisa mengnangkut lebih banyak pengungsi,’’ jelas Ismu Kuswandari, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Magelang.

Kata Ismu, sebenarnya pihaknya akan mempersiapkan sebanyak 1.900 kendaraan evakuasi. Namun setelah dihitung ulang, cukup separohnya saja. Selain itu. Sejumlah titik jalur pengungsian yang rusak parah terus diperbaiki. Antara lain jalur Mangunsuko-Krinjing sepanjang tiga kilometer dan jalan Keningar-Sumber sepanjang lima hingga enam kilometer.

Meski aktifitas Merapi terus meningkat, sampai kemarin warga sekitar masih tampak tenang, serta masih melakukan aktifitas sehari-hari. Warga masih bekerja di ladang. Bahkan para penambang pasir pun belum merasa untuk menghentikan kegiatannya.

Fase erupsi besar terakhir gunung bertipe strato itu, terjadi pada pertengahan 2006 yang ditandai dengan semburan awan panas secara intensif, luncuran lava pijar, dan hujan abu. Tahun ini, ditengarai sebagai siklus seratus tahunan.

Camat Srumbung Agus Purgunanto mengatakan, daerahnya merupakan salah satu kawasan rawan bencana Merapi di Kabupaten Magelang. Ada delapan desa di kecamatan itu yang masuk kategori rawan bencana. “Sudah disiapkan 17 TPS (tempat penampungan sementara) bagi para pengungsi jika terjadi erupsi besar” kata dia.

Dia berharap, selain meyakini gejala alam untuk menentukan kondisi Merapi, yang biasa menjadi ukuran akan meletus atau tidak, masyarakat harus memperhatikan analisa yang disampaikan Balai. Dari kejauhan, gunung Merapi memang terlihat tenang, namun di dalamnya tengah terjadi proses yang bisa mengancam keselamatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement