Kamis 07 Oct 2010 00:21 WIB

Bayi Lahir Prematur Berat Rendah Harus Diperiksa Retinanya

Rep: Neni Ridarineni / Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Bayi lahir prematur dengan berat rendah (di bawah 1500 gram) mempunyai risiko mengalami Retinopathy of prematurity (ROP) atau kelainan retina pada bayi. Apabila penanganannya terlambat, maka bisa menyebabkan kebutaan.

''Karena itu bayi lahir pematur berat badan rendah supaya segera dikonsultasikan ke dokter spesialis mata untuk deteksi dini supaya penangannya tidak terlambat,'' ujar Ketua Perdami (Persatuan Dokter Spesialis Mata) DIY Prof dr Suhardjo, SU, SpM(K) yang didampingi Kepala Bagian/Staf Medik Fungsional (SMF) FK UGM/RSUP Dr Sardjito, dr Agus Supartoto SpM(K)  dalam jumpa pers dalam rangka Peringatan Hari Penglihatan Sedunia yang jatuh tanggal 7 Oktober, di ruang Poliklinik Mata RSUP Dr Sardjito, Rabu (6/10).

Untuk memperingati Hari Penglihatan Sedunia Perdami DIY akan menyelenggarakan seminar tentang Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Kelainan pada Bayi termasuk ROP tanggal 9 Oktober di Fakultas Kedokteran, operasi katarak gratis bekerjasama dengan Pemda Kota Pekalongan tanggal 17 Oktober, serta telah dilakukan pemeriksaan mata pada 200 siswa SD dan SMP Hargotirto 26 September lalu. Lebih lanjut Prof Suhardjo mengatakan, makin rendah berat badan bayi lahir prematur, risiko terjadinya ROP makin tinggi.

Hal itu juga diakui oleh Doker Spesialis Mata dan juga Ahli Retina dr Angela Nurini Agni, SpM,MKes. Makin muda usia  kehamilan ibu melahirkan bayi prematur dan bayinya makin kecil kemungkinan terjadinya ROP makin besar. Sekitar 6-7 persen dari bayi prematur mengalami ROP.

Kasus bayi prematur di RSUP Dr Sardjito yang dideteksi mengalami ROP sekitar 6 bayi per bulan. Diakuinya, kasus ROP meningkat karena bayi prematur yang kecil-kecil bisa selamat. Kalau dulu, bayi prematur dengan berat badan rendah kebanyakan meninggal sebelum terdeteksi ROP.

Angela menjelaskan pada bayi prematur pembuluh darah retina belum sempurna (belum matang). Pembuluh darah yang tidak sempurna itu sangat sensitif terhadap oksigen. Di dalam kandungan bayi tidak kontak dengan oksigen karena makanannya lewat talipusat, tetapi begitu keluar dia kontak dengan oksigen dan diperparah dengan dimasukkannya bayi lahir prematur tersebut ke dalam inkubator yang diberi oksigen untuk menyelamatkan jiwanya.

Harus ditangani sejak dini

Sehingga, Angela menambahkan, pembuluh darah yang terkena oksigen ini menjadi menyempit. Akibatnya, bisa terjadi kelainan retina (ROP). Karena menyempitnya pembuluh darah, pertumbuhannya menjadi berhenti dan ini memacu retina di bagian pinggir menjadi kekurangan aliran darah, lalu memacu keluarnya pembuluh darah liar yang tumbuh baru.

Apabila hal itu tidak ditangani sejak dini bisa mengakibatkan kebutaan, jelas  Sekretaris Perdami DIY ini. ''Tetapi kalau ROP dideteksi tepat pada waktunya, kebutaannya bisa dicegah. Terjadinya ROP pada bayi lahir prematur dengan berat rendah tidak bisa dicegah. Mencegahnya ROP ya jangan sampai lahir prematur,''kata dia.

Untuk mendeteksi ROP ini harus dilihat dengan alat khusus karena retina letaknya paling  dalam (di dinding bola mata paling dalam). Semakin kecil bayinya semakin tinggi kemungkinan risiko ROP. Karena itu, saran Angela, bayi yang lahir pada usia kehamilan sekitar 31-28 minggu harus diperiksa retinanya.

Diakui Angela, sekarang pemberian oksigen sudah diatur dan sudah ada konsensus dosis pemberian oksigen pada bayi prematur untuk menimalkan risiko .  Yang menjadi kendala dalam pemeriksaan ROP itu antara lain:  kadang bayi masih kecil sudah terdeteksi ROP dan harus dilaser. Namun  karena belum bisa dikeluarkan dari inkubator, maka harus menunggu sampai memungkinkan bayi tersebut  dikeluarkan dari inkubator.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement