Sabtu 02 Oct 2010 06:19 WIB

Kampus Lebih Sering Hasilkan Manusia Berpengetahuan Entrepreneur

Rhenald Kasali
Rhenald Kasali

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG--Entrepreneurship (kewirausahaan) tidak bisa diciptakan hanya dengan cara-cara konvensional melalui metode pengajaran atau brain memory. Hal itu harus melalui metode praktik langsung yang disebut dengan istilah jalur DNA/Myielin.

''Brain memory hanya menghasilkan mahasiswa wacana, manusia berpengetahuan. Padahal yang dibutuhkan adalah action, orang harus bertindak,'' ujar Prof Rhenald Kasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), usai Seminar Nasional Fakultas Ekonomi dengan Tema 'Memenangkan Persaingan di Era CAFTA', Jumat (1/10), di Universitas Terbuka Convention Center (UTCC) Pondok Cabe, Tangerang.

Dalam kegiatan yang merupakan rangkaian Dies Natalies UT yang ke-26 ini, Rhenald mengungkapkan kekhawatiran banyaknya entrepreneur yang hanya berbasis pengatahuan. Berdasarkan kajian, jelasnya, tidak semua anak pengusaha menjadi pengusaha, karena orangtuanya tidak pernah mengekspose pada krisis. Anak hanya dimanja, disekolahkan pada sekolah anak orang-orang kaya.

Kemudian, lanjut Rhenald, anak tidak pernah dikasih modal untuk buka warung. ''Mereka hanya akan menjadi orang yang berpengetahuan. Ini sudah dibuktikan banyak anak konglemerat yang seperti itu,'' jelasnya.

Padahal, ujar Rhenald, akan berbeda apabila anak seorang pengusaha dari kecil sudah disuruh jaga toko, pabrik, pesan barang, mencari order, jaga restoran, sehingga mengalami dimarahi oleh pelanggan. Si Anak berpeluang menjadi pengusaha karena krisis yang dialami. Ia akan menghadapi tantangan riil menggunakan otaknya sendiri. “Tidak menggunakan otak orangtuanya, tidak selalu minta petunjuk,” katanya.

Ditegaskan Rhenald, jalur sekolah hanya jalur otak yang tidak akan menghasilkan manusia entrepreneur, tapi hanya melahirkan manusia berpengetahuan kewirausahaan. Justru yang harus diperbanyak porsi tindakan atau motorik, termasuk lokasi pendidikan diciptakan untuk mendukung suasana motorik.

Rhenald menyayangkan banyak fokus pendidikan di kampus hanya bernuansa otak saja, seperti poster atau ruangan laboratorium dan diskusi. Sebaiknya kampus dibuat kedai-kedai mahasiswa atau bengkel-bengkel untuk mahasiswa berpraktik. “Jadi misalnya bengkel di Fakultas Teknik serahkan kepada mahasiswanya, mereka boleh hancurkan mesin dan temukan, cari modal sendiri, tambahkan modal. Begitu juga di fakultas lainnya. Pokoknya semuanya serahkan kepada mahasiswa,” tegasnya.

Rhenald mencontohkan areal kampus yang luas sebenarnya memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menggelar jualan mereka pada Hari Sabtu dan Minggu di saat banyak mahasiswa lain tengah jogging.

sumber : kominfo-newsroom
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement