Kamis 16 Sep 2010 06:02 WIB

Puncak Arus Balik Diperkirakan H+7

Rep: C23/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG- Arus balik di Jawa Barat, diprediksi akan terjadi pada H+7 dan H+8 yang jatuh pada akhir pekan mendatang. Pada puncak arus balik ini, juga diperkirakan arus kendaraan yang melewati jalur lingkar Nagreg akan mengalami kemacetan yang lebih parah dari arus mudik lalu.

Kepala Dinas Perhubungan Jabar, Dicky Saromi, mengatakan prediksi tersebut jika dilihat dari kondisi jalur lingkar Nagreg yang belum selesai 100 persen. Selain itu, tanjakan di sekitar jembatan Citiis atau pada kilometer 2,4 kerap terjadi kendaraan mogok yang menjadi penyebab utama kemacetan.

“Jalur mudik kan tidak melewati jalur lingkar Nagreg, tapi sudah menimbulkan kemacetan cukup panjang. Hal ini yang menjadi antisipasi kami,” ungkap Dicky Saromi yang ditemui Republika di sela-sela acara halal bihalal Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemprov Jabar, di lapangan parkir Gedung Sate, Bandung, Rabu (15/9) pagi.

Jalur lingkar Nagreg merupakan bagian dari jalur selatan yang menjadi salah satu jalur utama mudik di Jabar. Pada arus balik ini, arus kendaraan yang berasal dari arah timur seperti Garut dan Tasikmalaya, harus melewati jalur sepanjang 5,2 kilometer tersebut untuk menuju Bandung dan Jakarta.

Kondisi kemacetan akan semakin diperparah dengan mulai beroperasinya kendaraan angkutan berat di jalur-jalur mudik. Selama uji coba dan arus mudik, kendaraan berat inilah yang tidak dapat melalui tanjakan di sekitar Jembatan Citiis.

“Antisipasinya kendaraan berat dari Tasikmalaya dan Garut akan dialihkan melalui jalur lama. Sedangkan di tanjakan sekitar Jembatan Citiis, akan ditambah rambu-rambu petunjuk jalan,” paparnya.

Ia juga mengimbau kepada para pemudik agar tidak melalui Nagreg pada akhir pekan mendatang. Para pemudik dapat melalui jalur alternatif Wado-Malangbong menembus Sumedang dari Tasikmalaya dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Bandung dan Jakarta.

Apalagi peningkatan jumlah kendaraan Dishub Jabar meleset dari prediksi awal. Untuk kendaraan roda dua, Dishub Jabar memprediksikan terjadinya kenaikan sebesar 10 persen dari tahun lalu, tapi kenyataannya malah meningkat sebesar 14,5 persen. Sedangkan kendaraan laninnya meningkat sebanyak empat persen.

“Peningkatan jumlah kendaraan ini tentunya akan semakin menambah panjang kemacetan yang terjadi pada arus balik tahun ini,” ujarnya.

Namun begitu, angka kecelakaan sejak H-7 hingga H+2 di jalur-jalur mudik menurun daripada tahun lalu. Berdasarkan data yang dimilikinya, angka kecelakaan sejak H-7 hingga H+2 sebanyak 94 kecelakaan dengan 38 orang meninggal dunia, 32 orang luka berat dan 82 orang luka ringan. Sedangkan tahun lalu, terjadi 152 kecelakaan dengan 54 meninggal dunia, 50 orang luka berat dan 161 orang luka ringan.

Sementara itu, jalur tengah yang menjadi salah satu jalur utama mudik di Jabar, akan dievaluasi. Pasalnya, terjadi keruwetan dan kemacetan yang cukup parah di jalur tersebut. jalur alternatif seperti Subang_Cikamurang-Cijelag pun mengalami kemacetan parah sejak pintu tol Sadang. “Jalur tengah akan diatur lagi agar pada lebaran tahun depan akan meminimalisasi kemacetan,” ucap Dicky lagi.

Ia mengungkapkan pada arus mudik beberapa waktu lalu, arus kendaraan di jalur tengah lebih macet dan kacau dibandingkan arus mudik tahun lalu. Padahal jalur tengah menjadi jalur pengalihan utama arus kendaraan dari jalur pantura (pantai utara).

Hingga H+3, belum ada peningkatan kendaraan pada arus balik lebaran tahun ini. Diperkirakan puncak arus balik akan terjadi pada H+7 dan H+8. “Arus kendaraan meski padat tapi tetap lancar,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement