Rabu 08 Sep 2010 04:35 WIB

Hidup Pahit Ibu Tujuh Anak Menjelang Lebaran

Rep: ina febriani/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Perempuan itu bernama Nung. Ibu berkacamata yang kedua kacanya telah retak itu menyendiri di masjid Jami' Al-Ikhlas, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Wajahnya basah oleh air wudhu. Usai wudhu, ia pun mulai mengenakan mukena dan shalat sunnah dhuha delapan raka'at.

Usai shalat, tubuhnya yang cukup gemuk dan sedikit membungkuk itu pun menangis. Entah apa yang ia tangisi. Selang beberapa lama, ia membalikkan badan dan menyapa. Ia pun mulai bercerita. "Niatnya ke Jakarta nagih utang, tapi orangnya malah mudik ke Ciamis. Padahal uangnya buat beli baju lebaran," tutur ibu tujuh anak ini lirih saat ditemui di mushala, Selasa (7/9).

Utang yang akan Nung tagih sebesar Rp 1,3 juta. Orang yang mempunyai utang itu tak memberi kabar bahwa dirinya sedang tidak di kediamannya yang terletak di kawasan Sudimara, Tangerang Selatan. Kini, Nung kebingungan. Ongkosnya tak cukup untuk mengembalikan dirinya ke kampung halamannya yang terletak di Singaparna, Tasikmalaya.

"Saya cuma bawa uang Rp 100 ribu. Sekarang sisa Rp 3.000," akunya. Uang tersebut, lanjut Nung telah dia gunakan untuk naik ojeg dari rumah menuju terminal yang cukup jauh dan mahal. Sisanya, uang itu ia gunakan untuk ongkos bus dari Tasik sampai Kampung Rambutan hingga angkot menuju alamat yang mempunyai utang padanya. "Sekarang bingung mau kemana. Tapi saya udah bawa baju banyak. Mau cari kerja aja dulu di sini biar pulang bawa baju lebaran," lirihnya.

Hidup Nung memang cukup pahit. Di kampung, suaminya tidak punya pekerjaan. Keempat anaknya yang sudah menikah, kata dia, kurang memperhatikan dirinya dan adik-adiknya. "Anak pertama, Andi, sudah nikah dan punya anak dua. Tapi cuma kuli di pasar. Penghasilannya nggak cukup," katanya. Anaknya yang kedua, juga laki-laki dan berprofesi sebagai guru. Tapi sayang, menurut Nung, anaknya pelit. "Nggak apa saya mah. Mungkin emang dia belum bisa kasih," ungkapnya seraya menyeka air mata yang mulai membasahi pipinya yang mulai nampak kerut itu.

Tak hanya itu, Ibu pengguna kacamata yang sudah retak ini pun harus bersabar karena alat bantu untuk matanya tersebut tak kunjung terganti lantaran tak ada uang. "Mata saya yang kanan minus 12, yang kiri 11. Ini juga udah retak karena keinjek," ucap ibu yang dulu sering meminjam modal untuk usaha pada istri Ag Gym, Teh Ninih.

Baik mudik, membeli baju lebaran, tak Nung rasakan. Ia justru merasakan kesedihan mendalam. "Pahit. Cuma iman yang saya punya. Utang Rp 3,3 juta sama tetangga juga nggak kebayar-bayar," katanya. Menjelang Idul Fitri ini pun demikian, lagi-lagi Nung harus menelan pil pahit.

Karena selain lilitan utang untuk berjualan jilbab di kampungnya, anak yang bungsu pun terus menagih baju Lebaran. "Sudah minta dari kemarin. Iri sama teman-temannya. Saya mah nggak pake baju baru nggak apa-apa," katanya. Melihat suasana mudik di terminal Lebak Bulus, ia pun kembali bersedih. "Enak ya bisa pulang ke kampung. Tapi, saya bagaimana?" tanyanya sambil tersenyum sedih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement