Ahad 05 Sep 2010 22:02 WIB

Kiat Bebas Tekor Usai Lebaran Berlalu

Rep: vie/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Seminggu setelah Lebaran, Vina Wulandari (35 tahun) uring-uringan. Isi dompetnya semakin menipis, pada hal gajian masih dua minggu lagi. Dia khawatir kejadian tahun lalu terulang kembali. "Semua dana digunakan untuk Lebaran. Setelah itu, kehabisan uang sehingga harus mengutang ke bank," ungkapnya.

Pola yang dilakukan Vina menggabungkan gaji bulanan berikut THR untuk Lebaran. Perinciannya, digunakan biaya mudik ke rumah mertua di Yogyakarta dan membeli baju Lebaran kedua anaknya. Vina juga memberi amplop ratusan ribu untuk orang tua dan mertua. Recehan dipersiapkan pula untuk dibagikan ke belasan kemenakan. Akibatnya, keuangan menjadi minus.

Ibu dua anak ini berharap Lebaran tahun ini aman-aman saja. Karena jarak hari Lebaran ke tanggal gajian lumayan lama. Kalau kehabisan uang, masa harus menumpang di rumah mertua sampai tanggal gajian. Bagaimana agar pascaLebaran keuangan tetap survive?

Antara gaji dan THR Perencana keuangan Ligwina Hananto memberikan jalan keluar bagaimana tetap aman mengelola keuangan setelah Lebaran. Sebelum masuk ke pembagian pos-pos keuangan, perempuan yang akrab disapa Wina ini menjelaskan, perbedaan antara pengeluaran tahunan dan pengeluaran bulanan.

THR termasuk pengeluaran tahunan, sedangkan gajian pengeluaran bulanan. Sejak awal, kedua dana tersebut harus dipisahkan. Kalau disatukan, bakal kaget karena jumlahnya mendadak melonjak sehingga merangsang naluri foya-foya.

"Ingat, uang itu seperti air jika dicampurkan tidak ada bedanya. Ingin dipakai terus, makanya sejak awal pengeluaran tahunan dan bulanan harus dipisahkan,'' ujar Wina kepada Republika. Selanjutnya, pembagian keuangan kedua pos tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan. Namanya tunjangan hari raya (THR) digunakan khusus untuk hari raya. Dana tahun ini habiskan saja.

"Syukur-syukur kalau bisa lebih, yang penting jangan sampai kurang,'' tegasnya.

Sebab, kalau kurang akan merambah ke uang gajian bulanan. Padahal, dana bulanan dilarang keras diutak-atik. Gaji bulanan digunakan untuk kebutuhan selama sebulan, tidak boleh diganggu gugat. Kalau jatah ini diganggu, yang terjadi pasca-Lebaran bakal cekak. Hal ini jangan sampai terjadi. Saran Wina, gunakan uang bulanan sebagaimana mestinya. Gajian tanggal 25 harus sampai untuk menghidupi bulan berikutnya (tanggal 25).

Sebelum Lebaran, bayar semua tagihan bulanan. Kartu kredit, telepon, air, TV kabel, listrik, dan sebagainya. Siapkan pula pengeluaran mingguan, seperti bensin, taksi, makan, dan kebutuhan lainnya. Tentukan pembayaran mingguan dengan mengambil uang di ATM cukup seminggu sekali.

Langkah efektif pos-pos pembayaran ini dimasukkan ke dalam amplop tersendiri. Jika dilakukan dengan disiplin, tak ada kata kebobolan. "Pasca-Lebaran pun," tutur Wina, "tetap aman, tidak akan kekurangan uang."

Jangan paksakan Pencomotan uang gajian sering kali dilakukan para ibu rumah tangga dengan dalih uang THR kurang. Alasan ini, bagi Wina, tidak masuk akal. Toh lebaran tidak kali ini saja, tetapi sudah berlangsung dari tahun ke tahun. "Masa para pengelola keuangan rumah tangga tidak bisa memprediksikan pengeluaran selama lebaran?'' Jika THR masih dianggap minimal, lanjut Wina, kekurangannya bisa ditutup dengan menabung setiap bulan.

Misalkan, THR Rp 2 juta, sedangkan pengeluaran lebaran Rp 3 juta. Dengan menabung setiap bulan Rp 100 ribu, pasti kebutuhan lebaran akan tertutup. Andaikan tak bisa menabung, harus bisa menahan diri. "Hari raya jangan memaksakan kehendak, gunakan saja THR yang ada, jangan besar pasak daripada tiang,'' sarannya.

Misalnya, jika uang untuk mudik kurang, jangan paksakan diri tetap berangkat. Kalau tetap berangkat, yang terjadi bakal kekurangan uang. Akhirnya, jadi mengutang. "Hari gini, sementara orang sudah berbicara harus berinvestasi di mana-mana, ini masih berkutat dengan utang. Jangan mau diperbudak dengan uang. Tidak punya duit kok tetap maksain,'' paparnya gemas.

Hindari utang Apa jadinya bila dompet keluarga telanjur bobol? Perempuan berkerudung ini tak mau memberi toleransi pada keuangan minus setelah lebaran. "Itu salah sendiri, berarti tidak bisa mengelola keuangan dengan baik," katanya. Solusinya jual barang yang ada di rumah. Sebab, kalau meminjam kredit tanpa agunan (KTA) di bank, hanya akan menciptakan utang baru. Ibaratnya untuk apa memiliki barang mewah, kalau memiliki utang di bank. "Nggak tren deh, hari gini masih ngutang," ujarnya. Oleh karena itu, lebih baik menjual barang yang ada, daripada berutang di bank.

Kalau urusan berutang di bank, Wina sangat tegas. Harus segera dibayar daripada setiap bulan terjebak membayar bunga yang terus melonjak. Bahkan, menurut dia, kalau masih ada utang kartu kredit, lebih baik gunakan THR untuk melunasi utang tersebut daripada berfoya-foya di hari lebaran. Kalau tetap memilih menghamburhamburkan uang, tampaknya ini sudah kebiasaan yang sulit diubah. "Jika kondisi ini yang terjadi, tak ada jalan lain, kecuali cepat sadar. Ayo bangun, mau berubah atau tidak dengan kondisi hidup seperti ini."

Dari kebiasaan ini, Wina bisa membedakan antara si pecundang dan pemenang. Attitude pecundang berapa pun jumlah uang yang ada di tangan pasti merasa kurang. Sebaliknya, sang pemenang, ketika kekurangan uang, dia akan mencari solusi. Mencari masukan dari tempat lain. Begitulah sikap si pemenang, tidak asal pasrah. "Ketika berusaha, rezeki itu akan mendekat sendiri."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement