Ahad 15 Aug 2010 16:56 WIB

Sekitar 1,2 Juta Siswa TK/SD Daerah Terpencil Dapat Makanan Tambahan

Buah dan sayuran banyak mengandung gizi yang bermanfaat/ilustrasi.
Buah dan sayuran banyak mengandung gizi yang bermanfaat/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebanyak 1,2 juta peserta didik jenjang taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) negeri dan swasta di daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau kecil, terluar, dan daerah pedalaman yang tersebar di 27 kabupaten pada 27 provinsi akan mendapatkan makanan tambahan. Kudapan pendamping makan siang ini juga diberikan kepada 180 ribu peserta didik jenjang raudatul athfal (RA) dan madrasah ibtidaiyah (MI) di 26 kabupaten di 26 provinsi.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh meluncurkan pelaksanaan Program Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) di Kantor Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), akhir pekan lalu. Hadir pada acara peluncuran Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida S Alisjahbana, Menteri Agama Surya Dharma Ali, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setyaningsih, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Ahmad Helmi Faizal Zaini, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, dan Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri Budi Prasetyo.

Setiap peserta didik pada setiap kali makan akan mendapatkan kudapan dengan kandungan kalori berkisar 300 kalori dan 5 gram protein.  Unit cost program ini termasuk ongkos masak untuk kawasan Indonesia Barat Rp 2.250, sedangkan untuk kawasan Indonesia timur Rp 2.600.

Program ini merupakan upaya bersama berbagai kementerian/lembaga. Adapun penetapan sasaran kabupaten berdasarkan pada kriteria kabupaten tertinggal, persentase penduduk miskin yang tinggi, dan prevalensi gizi penduduk.

Mendiknas menyampaikan, pemberian makanan tambahan ini tidak boleh ditunda karena jika anak kekurangan gizi akan berimplikasi terhadap kesehatan dan intelektualitasnya.  "Ada sekelompok masyarakat yang butuh makanan, sehingga kami lakukan intervensi," katanya. Usai peluncuran acara Mendiknas menyerahkan Buku Panduan PMTAS kepada Bupati Solok Selatan Syafrizal J dan Bupati Lebak Banten Mulyadi Jayabaya.

Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Ahmad Helmi Faizal Zaini menyampaikan, salah satu masalah yang dihadapi saat ini adalah upaya untuk mengurangi disparitas adanya kesenjangan antara satu wilayah dengan wilayah lain. "Daerah tertinggal ini memang daerah yang lebih prioritas untuk mendapatkan berbagai macam bantuan-bantuan untuk pengembangan di masa-masa yang akan datang," katanya.

Menteri Pertanian Suswono mengungkapkan, pola pangan harapan masih rendah yaitu 75,7 dari ideal 100. Dia berharap, agar produk-produk pangan yang akan diberikan adalah produk lokal terutama yang mengandung protein, termasuk buah-buahanan dan sayur. "Kami berharap produk-produk lokal khususnya yang langsung dihasilkan oleh petani-petani langsung diserap," ujarnya.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setyaningsih mengatakan, program ini tidak hanya memberikan asupan gizi kepada anak-anak, tetapi juga mendidik anak untuk berperilaku  hidup bersih dan sehat . Perilaku ini, kata dia, nantinya tidak akan dibawa oleh anak-anak  itu sendiri, tetapi juga akan dibawa ke rumah. "Harapannya anak-anak ini akan menjadi agen pengubah di keluarganya," katanya.

Menteri Agama Surya Dharma Ali mengatakan, pemberian tambahan gizi bagi peserta didik RA dan MI sangat penting karena pada usia mereka sangat menentukan perkembangan fisik, mental, dan intelegensinya. Kemenag, kata dia, juga memberikan fasilitas untuk melanjutkan sekolah terutama bagi yang kurang mampu. "Tidak kurang pada tahun ini 1,5 juta anak didik ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah akan mendapatkan beasiswa. Mudah-mudahan dengan program pemerintah seperti ini akses anak didik kepada pendidikan semakin terbuka lagi," ujarnya.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal menyampaikan, program ini dilatarbelakangi suatu studi yang menunjukkan jika anak kekurangan energi dan protein maka kemampuan belajarnya akan jauh di bawah jika dibandingkan dengan anak yang terpenuhi kebutuhan gizi baik kalori maupun protein. Apalagi, kata dia, kalau mereka menderita kekurangan zat gizi besi yang tergambar dalam anemia. "Inilah dampak terbesar sebenarnya yang mengganggu konsentrasi anak-anak dalam belajar," katanya.

Fasli mengatakan, dana program ini untuk semester pertama bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010 terdiri atas APBN-P Kemdiknas Rp 218 milyar dan APBN-P Kemenag Rp 32 milyar. "Kami berharap (program) ini bagian dari upaya perbaikan gizi dan kesehatan, sehingga dapat mendorong minat dan kemampuan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi dalam rangka menghasilkan insan Indonesia cerdas dan kompetitif," tegasnya.

sumber : viruscerdas.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement