Senin 09 Aug 2010 23:27 WIB

Cegah Demensia? Banyak Baca, Santap Menu Sehat, dan Optimis!

Seorang wanita lanjut usia tengah membaca (Ilustrasi)
Foto: CORBIS
Seorang wanita lanjut usia tengah membaca (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Jika saja orang-orang yang berusia lebih mudah mengikuti saran itu, jutaan penduduk dunia dapat menghindari, atau setidaknya menunda kondisi pelemahan otak di usia senja, demikian ungkap sebuah studi.

Demensia membuat penderitanya sangat tergantung dengan orang lain, karena mereka tak sekedar mengalami penuaan atau pikun pada umumnya lansia. Penderita demensia bahkan bisa tak ingat tempat yang didatangi sehari-hari, aktivitas yang dilakukan barusan, saudara bahkan dirinya sendiri. Penyakit ini dikenal pula dengan sebutan Alzheimer.

Ternyata, efek gabungan dari tiga hal, membaca, pola makan sehat dan menjaga semangat hidup tetap tinggi alias tak gampang depresi akan melampaui semua kemungkinan teoritis dalam upaya menekan gen yang dikenal meningkatkan risiko demensia, masih menurut riset yang dipubliksikan pekan lalu di British Medical Journal.

Neouropsikologis dari French National Institute of Medical Research, Karen Ritchie, yang memimpin riset mengkaji bagaimana kemampuan kognisi 1.433 responden di Montpellier berubah dalam periode tujuh tahun. Semua partisipan studi telah memasuki usia pensiun.

Mereka ditanyai serangkaian pertanyaan tentang gaya hidup, riwayat medis dan latar belakang pendidikan, juga kebiasaan membaca.

Hasil menunjukkan bahwa seberapa besar latihan intelektual yang dilakukan seseorang ternyata berdampak luar biasa dalam kecenderungan mereka mengembangkan demensia.

Mereka yang memiliki skor kebiasaan membaca lebih rendah memiliki risiko 18 persen lebih tinggi untuk mengalami "kerusakan kognisi rendah". Sementara mereka yang mengalami depresi juga berisiko 10 persen lebih tinggi mengembangkan demensia. Padahal pemicu internal, yakni gen yang diasosiasikan demensia, hanya meningkatkan risiko hingga 7 persen.

Sedangkan mereka yang rajin mengonsumsi buah-buahan dan sayur kurang dari dua kali sehari memiliki 6,5 persen untuk mengidap demensia. Diabetes juga menjadi faktor nyata yang meningkatan risiko 5 persen dibanding yang tidak.

Dengan sekitar 820 manula yang saat ini hidup dengan demensia di Inggris, pakar telah memprediksi penggandaan jumlah pada 2050. Meski statistik mentah mengindikasikan aktivitas intelektual adalah faktor yang paling penting, studi mencatat cukup sulit untuk memisahkan sebaik apa dampak membaca berdasar genetika dan berdasar pendidikan.

"Dengan tidak ada jawaban akurat, studi menyatakan demi kesehatan, masyarakat di segala usia perlu didorong melakukan aktivitas keaksaraan terlepas dari kemampuan bawaan," demikian para akademisi

"Juga pada depresi yang memiliki hubungan kuat dengan demensia, hubungan sebab-akibat masih belujm jelas. "Jika depresi adalah cenderung tanda awal ketimbang pemicu, maka mengobati tak berarti dapat melindungi penderita dari demensia," imbuh laporan.

Membuat orang untuk lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur pun masih dianggap sulit dilakukan. Dengan masalah-masalah itu, penelitia menyimpulkan solusi praktis jangka pendek adalah mencegah diabetes, yang dalam studi sebelum telah terbukti menjadi faktor penyebab.

Menanggapi laporan itu, seorang guru besar sekaligus direktur riset dari Masyarakat Alzheimer, Clive Ballard berkata, "Pencegahan efektif diabetes, depresi dan penyakit jantung secara potensial dapat meningkatkan harapan hidup jutaan orang yang terkena dampak jahat penyakit itu. Tentunya juga mengurangi milyaran dolar yang dihabiskan setiap tahun di pusat perawatan demensia."

sumber : Telegraph
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement