Kamis 05 Aug 2010 03:31 WIB

Duh, ASI Eksklusif Belum Membumi

Rep: M Imam Baihaki/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi hingga usia 6 bulan oleh para ibu di Indonesia masih rendah. Dari tahun ke tahun, persentase ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada buah hatinya cenderung terus menurun.

Dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006 hingga 2008, persentasenya terus menurun. Pada 2006, 64,1 persen ibu memberikan ASI ekslusif kepada bayinya hingga usia 6 bulan. Jumlah itu menurun pada 2007 hingga 62,2 persen dan pada 2008 mencapai titik nadir, 56,2 persen.

Pemerintah beralasan, hal itu terjadi karena budaya modern yang menjangkiti ibu-ibu di Indonesia. Dengan tuntutan zaman yang semakin tinggi, para ibu beralasan memberi ASI kepada bayinya tak lebih penting daripada mengejar karier. "Padahal itu bisa dilakukan secara bersamaan," ujar Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Binkesmas Kemenkes), Budihardja Singgih di Jakarta, belum lama ini.

Padahal pemerintah telah melakukan sosialisasi dan membuat kebijakan terkait hal tersebut. Antara lain adalah dengan penerbitan UU no 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut, dicantumkan pentingnya ASI dan perlu diterbitkannya peraturan pemerintah (PP) tentang pemberian ASI ekslusif."Saat ini kami tengah menyusun PP tentang pemberian ASI ekslusif," ujar Budi.

Budi mengatakan, dalam PP tersebut nantinya akan ada pembatasan pemberian susu formula kepada para bayi, terutama pemberian susu formula di rumah-rumah sakit. Mengenai sosialisasi, pihaknya telah menerbitkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM).

Dampak positif ASI

Dalam 10 LMKM tersebut, rumah persalinan harus membantu ibu untuk memberikan pelayanan menyusui dini dalam 60 menit pertama setelah persalinan. Dengan adanya inisiasi menyusu dini (IMD) tersebut, diyakini dapat memberikan dampak positif pada bayi. Namun selama 20 tahun sosialisasi 10 LMKM, hanya 28 persen rumah sakit yang telah menerapkannya.

''Saat bayi mengisap payudara ibu, hormon oksitosin akan dilepaskan oleh tubuh dan merangsang rahim untuk berkontraksi dan mengeluarkan sisa-sisa kotoran, termasuk plasenta. Pendarahan juga akan berkurang,'' ujar Ketua Bidang Kesehatan Ibu dan Anak Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, (IDI) Prof Ali Bazad di tempat terpisah.

Ali mengatakan, dengan memberikan IMD kepada bayi, hal itu dapat mengurangi risiko kematian bayi hingga 22 persen.

Saat ini Indonesia telah menandatangani kesepakatan internasional, pada standar capaian sasaran Milenium Development Goals (MDGs) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah sebesar 102/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 23/1.000 kelahiran hidup. Pada 2009 untuk skala nasional AKI sebesar 307/100.000 kelahiran hidup dan AKB 34/1.000 kelahiran hidup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement