Rabu 28 Jul 2010 03:46 WIB

Ratusan Siswa SD Ikuti Simulasi Penculikan Anak

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS--Ratusan siswa SD Islam Terpadu (IT) Al Islam Kudus, Selasa (27/7), mengikuti simulasi penculikan anak. Tujuan pemberian simulasi sebagai bekal agar mereka tidak menjadi korban penculikan yang marak terjadi di sejumlah daerah di Tanah Air.

Simulasi diawali dengan peragaan seorang lelaki setengah baya yang mengaku teman orang tua salah seorang siswa diminta untuk menjemput pada jam pulang sekolah. Tetapi, si anak yang diperagakan oleh Iqbal siswa kelas IV menolak dijemput oleh seorang lelaki yang belum dikenalnya.

Selanjutnya, guru yang mengetahui kejadian tersebut mendekati pelaku tersebut. Guru tersebut berupaya menghubungi orang tua siswa untuk memastikan penjemput tersebut merupakan perwakilan keluarga atau bukan.

Setelah dipastikan penjemput tersebut bukan utusan keluarga, petugas keamanan yang disiapkan langsung menangkapnya untuk dimintai keterangannya guna memastikan maksud dan tujuannya menjemput anak yang belum dikenalnya. Setelah melakukan simulasi penculikan, beberapa siswa mengangkat sejumlah poster warna warni yang berisi tulisan tentang tips mencegah terjadinya penculikan anak di hadapaan teman-temannya.

Beberapa tips untuk mencegah kemungkinan terjadinya penculikan, yakni orang tua siswa diminta menjemput tepat waktu, selalu menjalin komunikasi dengan pihak sekolah dan siswa dilarang menggunakan perhiasan dan barang berharga. Kemudian jika ada orang asing yang menjemput siswa segera melapor ke pihak sekolah dan siswa diminta mencatat dan menghafalkan nomor telepon orang tua.

Salah seorang guru SD IT Al Islam Kudus, Anik Probowati, mengatakan tujuan utama kegiatan simulasi ini untuk memberikan bekal kepada anak cara mengindari aksi penculikan yang marak terjadi di sejumlah daerah dan di Kudus. Dengan simulasi tersebut, diharapkan semua siswa lebih waspada terhadap orang asing yang tiba-tiba berbuat baik atau mengaku sebagai utusan orang tua untuk menjemput.

"Kami juga menyosialisasikan kepada orang tua dan anak untuk dijemput tepat waktu," ujarnya. Apabila orang tua terlambat menjemput, kata dia, pihak orang tua siswa diminta berkomunikasi dengan pihak sekolah, karena ada petugas jaga yang akan selalu bertugas di sekolah.

Untuk itu, kata dia, pihak sekolah mengantisipasi dengan mencatat nomor kontak keluarga masing-masing siswa, sehingga saat tertentu bisa menghubungi orang tua atau keluarganya di rumah. Iqbal, salah satu siswa mengaku, ingat dengan tips yang baru saja diperoleh dari kegiatan simulasi ini. "Jika ada penjemput yang tidak dikenal, saya harus menghubungi pihak sekolah. Selain itu, nomor telepon orang tua juga harus dicatat atau dihafal," ujarnya.

Sementara itu, orang tua siswa, Maryana, memuji kegiatan simulasi penculikan anak itu. Ia menilai simulasi memberikan wawasan kepada orang tua. "Setidaknya, kami juga diingatkan untuk jemput anak tepat waktu dan konfirmasi pihak sekolah jika terlambat menjemput," ujarnya.

Sejauh ini telah terdapat dua kasus kasus penculikan yang terjadi di Kudus, yakni kasus penculikan yang menimpa Muhammad Safii (10), siswa kelas IV SD Negeri 02 Ploso, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, pada Jumat (16/7) malam. Beruntung, korban dikembalikan penculiknya setelah orang tua korban menemui penculik yang tak lain adalah mantan teman kencan ibu korban.

Sedangkan kasus kedua menimpa Erlina Kristanti (7), siswi kelas 2 SD Negeri IV Cranggang, Kecamatan Dawe, Kudus pada Kamis (15/7) lalu, saat pulang sekolah. Korban berhasil menggagalkan upaya penculikan terhadap dirinya, setelah melakukan perlawanan dengan cara menggigit tangan pelaku.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement