Sabtu 24 Jul 2010 04:20 WIB

Integrasi Transportasi Jabodetabek Mendesak

Rep: Muhammad Fakhruddin/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengembangan pola transportasi massal yang terintegrasi antara DKI Jakarta dengan wilayah sekitarnya, yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mendesak untuk dilakukan. Sebab, warga komuter yang beraktivitas di Ibukota mencapai sekitar 3,5 juta hingga 4 juta jiwa per hari.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Armida S Alisjahbana, mengatakan, warga komuter mencapai yang separo dari penduduk Jakarta, perlu difasilitasi dengan sarana transportasi publik yang memadai agar tidak menggunakan kendaraan pribadi.

''Pola transportasi massal yang baik dan terintegrasi dengan daerah penyangga tersebut dapat mengurangi kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh penggunaan kendaraan pribadi,'' ujar Armida, dalam diskusi nasional bertajuk 'Pembangunan Ibukota Jakarta dalam Perspektif Nasional di Jakarta' di Bappenas, Jakarta, Jumat (23/7).

Armina mengatakan, pembangunan sistem transportasi massal yang terintegrasi dengan jaminan kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu seperti mass rapid transit (MRT), bus Transjakarta, kereta rel listrik, dan jenis moda angkutan yang lain sudah sangat mendesak untuk dikembangkan dan tidak boleh ditangguhkan lagi. Ini disebabkan, tingkat kepadatan penduduk di Jakarta yang mencapai 12.992 jiwa per kilometer persegi, yang belakangan ini menunjukkan kecenderung menurun sejak periode 2006-2007. Diperkirakan, penduduk Jakarta pindah ke daerah kawasan Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Penurunan jumlah kepadatan penduduk itu, lanjut Armina, terjadi pada periode 2006-2007, masing-masing di wilayah Jakarta Timur mencapai 1,83 persen, Jakarta Barat 0,56 persen, Jakarta Pusat 2,43 persen, dan Jakarta Utara sebesar 2,21 persen. Namun sebaliknya, penurunan jumlah penduduk di wilayah Jakarta itu justru diikuti dengan pertambahan penduduk di wilayah Bodetabek, yaitu di Bogor mencapai 43 persen, Depok 4,2 persen, Tangerang 5,4 persen, dan Bekasi 4,6 persen.

''Realitas data kependudukan tersebut, mengindikasikan semakin banyak jumlah penduduk yang bertempat tinggal di wilayah pinggiran Jakarta, tetapi mereka tetap bekerja dan beraktivitas di Jakarta,” ujar Armida.

Armida juga mengingatkan, hingga kini Jakarta masih menjadi magnet bagi warga dari kota lain, karena besarnya peluang dan harapan untuk mencapai tingkat kehidupan ekonomi di Ibukota, yang antara lain ditandai dengan tingkat pendapatan perkapitanya mencapai 64,26 juta per jiwa jauh di atas rata-rata nasional 20 juta per jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement