Jumat 23 Jul 2010 03:28 WIB

Pengamat: Label RSBI Jangan Hanya untuk Cari Murid

Rep: Anissa Mutia/ Red: Endro Yuwanto
Suasana sekolah RSBI/ilustrasi
Suasana sekolah RSBI/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) telah banyak menuai protes. Pengamat Pendidikan, Arief Rachman menegaskan yang harus diwaspadai dari RSBI adalah yang memanfaatkan label untuk mencari murid sebanyak-banyaknya.

''RSBI yang harus diwaspadai adalah yang menyesatkan. Yang hanya menggunakan label untuk kumpulkan banyak murid,'' ujar Arief, kepada Republika, Kamis (22/7).

Namun begitu, Arief mengatakan konsep RSBI dari pemerintah sebenarnya baik. Ada target sistem pendidikan internasional yang ingin dicapai. Oleh karena itu, Arief mengimbau target sistem pendidikan kelas dunialah yang dikejar, bukan tarif.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh menegaskan, pihaknya sedang melakukan evaluasi terhadap ribuan sekolah berbagai jenjang pendidikan yang merintis RSBI. Contohnya adalah evaluasi RBSI di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mendiknas mengatakan, hasil evaluasi tersebut diharapkan sudah bisa diumumkan bulan Agustus mendatang. Evaluasi RSBI dalam berbagai jenjang pendidikan itu menerapkan empat tolak ukur untuk lolos tidaknya sekolah bersangkutan menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI).

Mendiknas ini menjelaskan, empat tolak ukur tersebut meliputi akuntabilitas, yakni pendanaan yang bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan masyarakat yang dapat dipertanggungjawabkan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Evaluasi RSBI juga termasuk prestasi sekolah bersangkutan, cara penerimaan siswa baru serta kerjasama dengan pihak luar negeri, dan rasio antara guru dengan jumlah anak didik. "Semua tolak ukur tersebut sebagai dasar menentukan lolos tidaknya RSBI menjadi SBI," jelas Mendiknas.

Hasil evaluasi yang diharapkan bisa diumumkan Agustus nanti, tegas Mendiknas, bisa menjadi dasar pertimbangan masyarakat dalam memilih sekolah untuk proses belajar mengajar.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement