Kamis 22 Jul 2010 01:11 WIB

Kerajinan Bidai Kalimantan Terancam Diklaim Malaysia

Salah satu motif anyaman tikar bidai
Salah satu motif anyaman tikar bidai

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKAYANG--Kerajinan tangan berupa bidai, asli buatan masyarakat Dayak dari Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, terancam bakal diklaim sebagai produk dari Malaysia jika tidak segera dipatenkan. Kekhawatiran itu diungkapkan Wakil Bupati Bengkayang, Suryadman Gidot, di Bengkayang, Rabu (21/7).

Ia mengatakan, dengan kemajuan teknologi yang dimiliki Malaysia, maka kerajinan asli dari masyarakat Dayak di kawasan perbatasan Indonesia - Malaysia itu sudah dikembangkan di negara tersebut. "Padahal kerajinan bidai itu hanya ada di Seluas, Jagoi dan Siding. Ini adalah aset daerah kita," kata Gidot.

Bidai merupakan kerajinan tangan terbuat dari rotan, yang hasilnya berupa tikar, tas, dan lain sebagainya. Masyarakat perbatasan menjual produk itu ke wilayah Serikin (Malaysia).

Bidai dijual mulai dari harga Rp150 ribu hingga Rp600 ribu, tergantung motif dan bentuknya. Masyarakat memilih menjual ke Serikin karena secara ekonomi jaraknya cukup dekat dengan Kecamatan Jagoi Babang yang merupakan titik nol perbatasan Indonesia - Malaysia di wilayah Kabupaten Bengkayang.

Masyarakat Dayak pada umumnya menjual bidai masih dalam bentuk sederhana, apa adanya dan belum mendapatkan sentuhan teknologi. Kondisi itu ternyata menjadi kesempatan bagi Malaysia memperbaiki dengan kualitas lebih baik kemudian dijual lagi kepada pihak lain.

Wakil Bupati Bengkayang mengatakan sudah menjadi rahasia umum kalau kerajinan bidai yang masuk ke Malaysia itu sudah berubah dan mereka jual kembali. Padahal, kata Gidot, barang tersebut berasal dari Jagoi Babang.

Ia mengaku telah meminta kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat agar melakukan koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalbar terkait masalah ini. "Pemkab Bengkayang sendiri terus berupaya melakukan pembinaan melalui Disperindag. Salah satunya memberikan perhatian kepada para pengrajin," katanya.

Pembinaan itu, misalnya dalam bentuk modal melalui perbankan. Gidot menyatakan tak ingin kerjinan bidai kelak hanya tinggal nama dan sejarah.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement