Rabu 07 Jul 2010 06:29 WIB

Tahun Ini tak Ada Kenaikan Tarif Rumah Sakit

Rep: Esthi Maharani/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kenaikan tarif rumah sakit umum daerah (RSUD), terutama untuk kelas tiga tidak akan diberlakukan tahun ini. Direktur RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, dr Noor Abadi mengatakan kebijakan, itu baru dibahas dan sifatnya masih usulan.

"Usulan itu baru sampai di Badan Pengelola Keuangan Daerah)," ujar Noor, Selasa, (6/7).

Menurut Noor, kenaikan ini masih akan menempuh proses yang panjang. "Paling cepat, kenaikan itu dilakukan pada 2011," katanya. Sebab, kenaikan ini harus dibahas ditingkat DPRD DKI Jakarta karena melibatkan Perda.

Selama ini, kamar kelas tiga di DKI merupakan yang paling murah dibandingkan daerah lain. Untuk rawat inap dan makan, masyarakat hanya dikenakan biaya Rp 20 ribu. Padahal, unit cost-nya mencapai Rp 115 ribu. "Selisih harga itu-lah yang disubsidi pemerintah," katanya.

Setiap tahunnya, Pemda menganggarkan lebih dari Rp 300 miliar untuk RSUD. "Kebanyakan anggaran itu dialokasikan untuk warga miskin dan warga dengan SKTM," kata Noor.

Kamar perawatan kelas tiga di DKI Jakarta, menurut Noor, adalah yang paling murah. Di daerah saja, lanjut dia, harga rawat inapnya sudah mencapai Rp 40 ribu per hari. "Ini kan sudah tidak masuk akal," katanya. Jika harga tidak disesuaikan, beban dan subsidi pemerintah bisa membengkak.

Sementara itu, Uchi, warga Cengkareng tidak setuju dengan kenaikan ini. "Yang perlu diberantas itu calo yang beredar di sekitar rumah sakit," katanya. Keberadaan calo ini yang sering memanfaatkan para pasien yang rata-rata berasal dari golongan menengah ke bawah.

Lelaki yang pernah dirawat karena menderita DBD ini menuturkan banyak pasien yang tidak ditampung karena masalah administrasi. "Mereka tidak paham mengenai aturan yang diberlakukan," kata Uchi. Akibatnya, calo pun memanfaatkan kesempatan itu.

Pasien tersebut diharuskan membayar sejumlah uang dengan janji administrasi akan selesai. "Tapi, uang yang masuk RS paling hanya 30 persen, sisanya masuk dompet pribadi," katanya.

Menurut Uchi, hal inilah yang membuat biaya tak terlihat perawatan di RSUD jadi membengkak.

Onip, seorang penjual rokok pun merasa kenaikan itu akan semakin memberatkan hidupnya. "Banyak kenaikan yang diterapkan itu cuma jadi kedok untuk meraup keuntungan besar," katanya. Ia pun beranggapan, di zaman sekarang, orang miskin tidak dibolehkan sakit. "Sekali sakit, biayanya mahal banget," keluhnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement