Jumat 11 Jun 2010 01:06 WIB

Hindari Pelecehan Seksual, Pengelola Busway Pisahkan Antrean

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Layanan Umum Transjakarta Busway memisahkan antrean khusus pria dan wanita di halte busway mulai Kamis, menyusul terjadinya pelecehan seksual beberapa waktu lalu. "Pemisahan ini dilakukan karena BLU (Badan Layanan Umum) ingin melakukan perbaikan," kata Manager Pengendalian BLU Transjakarta Gunardjo di Jakarta, Kamis.

Dengan demikian, keseluruhan halte busway sejumlah 140 buah di delapan koridor akan dibuat dua antrean.

Pengaturan itu, katanya, diharapkan dapat mengurangi atau bahkan meniadakan tindakan pelecehan seksual seperti yang dilakukan salah seorang penumpang pria bernama Anton kepada penumpang wanita Foni yang terjadi pada Sabtu (5/6) lalu. "Tapi ini memang masih hari pertama, jadi pasti sosialisasinya masih belum berjalan penuh. Penumpang juga masih belum terbiasa pastinya," kata Gunardjo.

Untuk penumpang cacat, lanjut usia (lansia), anak-anak dan orang sakit akan diarahkan untuk mengantre di antrean khusus perempuan karena dinilai akan lebih rapi dari antrean untuk pria. Sementara untuk antrean bagi pria, diharapkan untuk tertib di jalur antrean yang sudah disediakan. Namun meskipun antrean dipisahkan, di dalam bus para penumpang tidak akan dipisahkan tempat duduknya. Penumpang akan dipersilakan masuk tanpa diarahkan ke kursi tertentu.

Tidak adanya pemisahan di dalam bus, dikatakan Gunardjo, karena kurang memadainya fasilitas BLU untuk melaksanakan itu karena jumlah bus yang masih kurang.

Usulan DPRD untuk menambah petugas keamanan di bus juga akan dilakukan BLU Transjakarta meskipun tidak merata. Menurut Gunardjo, penambahan petugas akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di masing-masing bus, halte dan koridor. "Jadi bisa saja di satu bus ada penambahan petugas tapi di bus lain tidak ada karena kebutuhannya berbeda," kata Gunardjo.

Sedangkan untuk usulan pemasangan CCTV (closed circuit television) di dalam bus, BLU masih harus menunggu persetujuan Pemprov DKI dan DPRD karena menyangkut pengalokasian anggaran untuk instalasi. "Ini masalah penganggaran dana. Kalau mau dipasang CCTV, itu harus ditambah lagi alokasinya. Dan itu pasti tidak sebentar dan butuh pertimbangan banyak," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement